BeritaInvestor.id – Harga minyak kelapa sawit, atau crude palm oil (CPO), telah mengalami tren kenaikan yang signifikan dalam sebulan terakhir, mencatat lonjakan sebesar 3,19%, seperti yang dilaporkan oleh lembaga ekonomi perdagangan pada Selasa (7/11). Meskipun secara tahunan, harga CPO mengalami penurunan sebesar 14,58%.
Kenaikan harga CPO dalam kurun waktu sebulan terakhir ini tampaknya memberikan dampak positif pada kinerja ekspor komoditas tersebut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor CPO selama kuartal III-2023 mencapai US$ 6,52 miliar. Meskipun mengalami penurunan sebesar 27,15% secara tahunan, realisasi ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 25,83% secara kuartalan.
Menurut Fenny Sofyan, Communications and Investor Relations Manager PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), kenaikan harga CPO dalam sebulan terakhir dipicu oleh kenaikan harga minyak nabati lainnya, terutama minyak kedelai.
Sementara itu, penurunan ekspor CPO secara tahunan disebabkan oleh adanya oversupply di pasar global. Stok CPO di India dan China masih tinggi karena kedua negara ini telah melakukan impor dalam jumlah besar sejak awal tahun 2023.
AALI berkomitmen untuk meningkatkan kinerja dengan memegang teguh target dan strategi penjualan yang oportunis. Perusahaan ini telah menetapkan target pertumbuhan penjualan sebesar 5% setiap tahunnya.
Fenny Sofyan menyatakan, “Kami membuka peluang untuk pasar domestik maupun pasar ekspor di berbagai tujuan.”
Di sisi lain, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 3,3 juta ton hingga bulan September 2023, sementara produksi CPO mencapai 977.000 ton hingga akhir kuartal III 2023.
Sementara PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) memproyeksikan sedikit penurunan produksi TBS dan CPO pada kuartal IV 2023. Produksi TBS TAPG mencapai 2,25 juta ton hingga bulan September 2023. Joni Tjeng, Sekretaris Korporat TAPG, menyatakan bahwa produksi TBS dan CPO TAPG pada kuartal III 2023 diperkirakan mencapai titik tertinggi pada tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 10% dan 12% secara kuartalan.
Joni Tjeng menjelaskan, “Produksi TBS inti perseroan hanya turun 8% dari produksi tahun lalu.”
Dengan hasil tersebut, Joni optimistis bahwa target produksi TBS dan CPO pada akhir 2023 masih akan mencapai level yang diharapkan, yaitu sama atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Namun, ia tidak merinci besaran volumenya.
Untuk mencapai target tersebut, TAPG tetap berfokus pada peningkatan produktivitas melalui optimalisasi pupuk, penerapan praktik pertanian yang baik, dan program konservasi air.
Muhammad Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, melihat potensi pertumbuhan kinerja perusahaan CPO di kuartal IV 2024. Permintaan yang kuat dari pasar domestik, seperti penggunaan CPO dalam biodiesel oleh Pertamina, diprediksi akan terus meningkat.
Untuk meningkatkan ekspor CPO, yang masih dianggap sebagai produk “non hijau,” Indonesia perlu terus melakukan diplomasi ekonomi, terutama di World Trade Organization (WTO).
Dari perspektif saham, Nafan merekomendasikan akumulasi saham LSIP, dengan target harga sebesar Rp 980 per saham.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor