BeritaInvestor.id – Bank Dunia dalam Laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Juni 2024, menyoroti potensi efek samping dari penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Instrumen yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi ini dinilai dapat membatasi pinjaman pemerintah dan mengusir investor ekuitas asing.
Membatasi Pinjaman Pemerintah
Bank Dunia melihat SRBI sebagai instrumen yang menarik bagi bank komersial. Hal ini menyebabkan perpindahan kepemilikan surat berharga pemerintah dari bank komersial ke Bank Indonesia.
“Bank komersial mengurangi kepemilikan pada surat berharga pemerintah dan beralih ke surat berharga baru dari BI,” ungkap Bank Dunia dalam laporannya.
Sebagai akibatnya, Bank Indonesia harus melakukan intervensi di pasar sekunder dengan membeli surat berharga pemerintah, sehingga meningkatkan kepemilikannya.
Mengusir Investor Ekuitas Asing
Risiko lain dari SRBI adalah potensinya mengusir investor ekuitas asing. Investor ini, yang mencari imbal hasil lebih tinggi, mungkin beralih ke aset lain yang dianggap lebih menarik dengan risiko kredit yang lebih rendah.
“Risiko lainnya termasuk mengusir investor ekuitas asing yang menghadapi risiko kredit lebih tinggi namun relatif kurang menarik. kembali. Arus keluar ekuitas (equity outflow) dari bursa Indonesia memang terjadi akhir-akhir ini pada bulan April-Juni,” tulis laporan Bank Dunia.
Upaya BI dan Dampaknya
Menyadari potensi efek samping SRBI, Bank Indonesia melakukan beberapa langkah, seperti:
- Memotong penerbitan SRBI: Pada Februari-Maret 2024, BI mengurangi volume penerbitan SRBI dari Rp 49,4 triliun menjadi Rp 25,6 triliun.
- Menaikkan suku bunga acuan: Pada April 2024, BI menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%.
- Meningkatkan frekuensi lelang SRBI: BI mengubah frekuensi lelang SRBI dari sekali menjadi dua kali seminggu.
Upaya-upaya ini membuahkan hasil dengan menarik kembali investor asing ke SRBI. Pada Mei 2024, SRBI mencatat arus masuk asing sebesar Rp 81,6 triliun dan porsi kepemilikan asing meningkat tajam menjadi 27% dari total beredar SRBI.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor