BeritaInvestor.id – Nilai pasar Starbucks turun hampir US$12 miliar (sekitar Rp186 triliun) selama sebulan terakhir. Penurunan tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Penurunan daya beli konsumen di tengah inflasi yang tinggi.
- Mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan Starbucks di Amerika Serikat.
- Aksi boikot yang dilancarkan oleh warganet karena Starbucks dianggap mendukung Israel dalam konflik dengan Palestina.
Penurunan daya beli konsumen telah berdampak pada industri makanan dan minuman, termasuk Starbucks. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penjualan Starbucks yang melambat dari minggu ke minggu.
Sementara itu, mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan Starbucks di Amerika Serikat juga turut berkontribusi terhadap penurunan nilai pasar perusahaan. Aksi mogok kerja tersebut menuntut peningkatan staf dan jadwal bekerja yang lebih adil bagi karyawan.
Selain itu, aksi boikot yang dilancarkan oleh warganet juga diduga menjadi salah satu penyebab penurunan nilai pasar Starbucks. Aksi boikot tersebut dipicu oleh postingan media sosial serikat pekerja Starbucks yang menyatakan dukungan terhadap Palestina.
Postingan tersebut ditafsirkan sebagai bentuk dukungan Starbucks terhadap Israel, sehingga memicu seruan boikot. Terlepas dari upaya Starbucks untuk meredam seruan boikot, tagar #boycottstarbucks masih menjadi tren di media sosial.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor