BeritaInvestor.id – Harga batu bara mengalami pergerakan yang menarik selama beberapa waktu terakhir. Meskipun terjadi penurunan tipis dalam satu pekan terakhir, harga batu bara masih berada di bawah level psikologis penting, yaitu US$160 per ton. Pada perdagangan Jumat, 3 September 2023, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$159 per ton, mencatatkan kenaikan 0,32%.
Meskipun dalam sepekan terakhir terjadi penurunan tipis sebesar 0,31%, perhatian sebenarnya tertuju pada kinerja harga batu bara sepanjang bulan Agustus. Pada bulan tersebut, harga batu bara mengalami penguatan yang signifikan, mencapai kenaikan tertinggi dalam 15 bulan terakhir sebesar 12,49%.
Tidak hanya itu, harga batu bara bahkan mencatat rekor tersendiri dalam bulan tersebut. Selama 12 hari berturut-turut, harga batu bara menguat, menciptakan rekor terpanjang sejak Desember 2009. Bahkan pada tahun 2022 yang lalu, ketika harga batu bara melonjak, penguatan terlama hanya berlangsung selama sepuluh hari.
Penguatan harga batu bara ini dipicu oleh meningkatnya impor batu bara termal oleh Tiongkok pada bulan Agustus. Hal ini terjadi karena kenaikan harga pembangkit listrik di Tiongkok akibat keterbatasan pasokan. Refinitiv memperkirakan bahwa Tiongkok telah mengimpor sekitar 31,2 juta ton batu bara, sementara Kpler bahkan memperkirakan sekitar 34,3 juta ton.
Perubahan ini terjadi sejak Maret ketika Tiongkok mulai beralih ke pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga air yang terpengaruh oleh gelombang panas. Di samping itu, produksi batu bara dalam negeri juga terhambat dalam beberapa minggu terakhir karena peningkatan inspeksi keselamatan, yang berdampak pada harga batu bara dalam negeri yang lebih tinggi.
Tingginya harga batu bara di Tiongkok juga telah mendorong peningkatan impor, terutama dari Indonesia dan Australia. Bahkan impor Tiongkok dari Australia diprediksi mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yang sejalan dengan membaiknya hubungan kedua negara.
Selain Tiongkok, India juga menjadi pusat perhatian dalam industri batu bara. Coal India Ltd (CIL), perusahaan batu bara milik negara, menawarkan penjualan volume batu bara tertinggi dalam tiga bulan terakhir melalui skema SHAKTI. Ini memberikan peluang bagi pembangkit listrik termal untuk mengisi kembali persediaan batu bara mereka, yang mulai berkurang dengan cepat akibat pemulihan yang kuat dalam pembangkit listrik berbasis batu bara.
Kebijakan ini juga akan memastikan pasokan batu bara yang cukup di India, mengingat kebutuhan jangka pendek diperkirakan akan terus meningkat. Dalam jangka menengah, India diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya akan batu bara secara lebih efisien.
Selain Asia, Eropa juga menjadi pasar penting untuk batu bara, terutama menjelang musim dingin yang akan datang. Pasar tenaga listrik di Eropa bervariasi, dengan kenaikan harga harian di Jerman yang disebabkan oleh berkurangnya pasokan energi terbarukan dan pelonggaran di Perancis karena peningkatan ketersediaan nuklir dan penurunan permintaan.
Produksi tenaga angin Jerman mengalami penurunan signifikan, sementara ketersediaan nuklir Perancis meningkat. Kedua negara ini juga mencatatkan penurunan permintaan tenaga listrik, yang juga mempengaruhi harga gas alam Eropa yang merupakan alternatif untuk batu bara.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) menunjukkan penurunan dan semakin menjauhi level psikologis 40 euro per Mega-Watt hour (MWh), dengan penurunan sebesar 2,68% ke 35,03 euro per MWh.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.