PT MD Pictures Tbk (FILM), perusahaan produksi terbesar di Indonesia yang didirikan oleh Dhamoo Punjabi dan Manoj Punjabi, berencana membuat tahun 2023 menjadi tahun yang luar biasa dengan kinerja keuangan yang meningkat. Hal ini diharapkan akan mendorong kenaikan harga saham FILM.
MD Pictures sedang mengembangkan strategi untuk memperluas bisnis dan mengeksplorasi peluang baru yang akan didanai melalui penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Adapun RUPS FILM di adakan di tanggal 9 Juni 2023 berlokasi gedung MD Place, Jakarta Selatan.
“Menurut kami, rights issue akan menjadi kunci untuk membuka potensi bisnis MD Pictures dan memberikan kekuatan untuk menemukan sumber pendapatan baru,” tulis analis Samuel Sekuritas, Muhammad Farras Farhan, dalam risetnya.
MD Pictures, yang dimiliki oleh keluarga Punjabi, berencana menggunakan dana dari rights issue untuk memperluas dua lini bisnis media secara bersamaan, yaitu Over The Top (OTT) melalui platform OTT Mox yang dimiliki oleh perusahaan, dan juga melalui saluran Free-to-Air (FTA). Strategi ini memiliki OTT sebagai pendorong utama pertumbuhan perusahaan, sementara FTA berperan sebagai sumber pendapatan stabil.
“Strategi dengan dua ujung tombak ini berpotensi memberikan keuntungan yang signifikan bagi MD Pictures,” ungkap Farhan.
Di samping itu, FILM juga menjalin kemitraan dengan platform OTT baru, seperti Amazon Prime, dengan peluncuran serial eksklusif seperti “Tilik” dan “Induk Gajah” di Amazon Prime. Meskipun memiliki fokus yang lebih condong ke OTT, FILM tidak memiliki rencana untuk memperlambat bisnis film bioskop.
FILM baru-baru ini merilis dua film, yaitu “Bismillah Kunikahi Suamimu” dan “Sewu Dino” di bioskop. Film “Sewu Dino” dapat mengulangi kesuksesan “KKN Di Desa Penari”.
Farhan memproyeksikan pendapatan FILM sebesar Rp 690 miliar pada tahun ini, naik 58% dibandingkan dengan realisasi tahun 2022. Pertumbuhan ini akan didukung oleh penguatan bisnis digital, meskipun pendapatan dari bioskop mungkin mengalami penurunan karena efek base yang tinggi pada tahun 2022. Dia juga meyakini bahwa FILM mampu mempertahankan margin yang solid pada tahun ini, dengan proyeksi margin Gross Profit Margin (GPM) dan EBITDA sebesar 74%.
Laba bersih FILM diperkirakan akan melonjak 75% menjadi Rp 280 miliar pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, proyeksi ini belum memasukkan strategi baru FILM ke dalam model penilaian, karena strategi tersebut sangat bergantung pada hasil dari rights issue. Meskipun demikian, Farhan yakin bahwa FILM dapat terus beroperasi dalam skala besar bahkan hanya dengan menggunakan kas internal, mengingat jumlah kas yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 242 miliar.
[tv-chart symbol=”film” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Pada kuartal IV-2022, FILM mencatat pendapatan sebesar Rp 54 miliar. Sekitar Rp 17 miliar di antaranya berasal dari pendapatan bioskop yang naik 44,98% secara tahunan, namun turun 72,5% secara kuartalan. Penurunan pendapatan bioskop secara kuartalan ini terutama disebabkan oleh efek base yang tinggi dari film “KKN di Desa Penari” yang dirilis pada kuartal III-2022.
EBITDA perusahaan mengalami penurunan drastis sebesar 63,1% pada kuartal IV-2022 menjadi Rp 20 miliar (yoy) dan anjlok 73,2% (qoq) akibat kenaikan biaya Sales & Marketing (S&M) untuk mempromosikan film-film terbaru.
Secara keseluruhan, FILM berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 437 miliar pada 2022, meningkat 71,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. EBITDA mencapai Rp 321 miliar atau naik 61,2%, dengan margin EBITDA sebesar 73,4%.
Laba bersih FILM juga tumbuh hingga tiga kali lipat menjadi Rp 160 miliar, mencerminkan pertumbuhan Earnings Per Share (EPS) sebesar 375,2% (yoy).