BeritaInvestor.id –
Volatilitas di pasar saham Indonesia diperkirakan akan berlanjut dalam waktu dekat, menurut Andry Asmoro, ekonom dari Bank Mandiri. Ia mengungkapkan bahwa fenomena ini dipicu oleh berbagai sentimen global, khususnya terkait dengan harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed, bank sentral AS. Pasar sudah mulai menghadapi kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam tahun ini.
Andry menekankan bahwa ekspektasi negatif mengenai pemangkasan suku bunga itu ikut mempengaruhi dinamika pasar. Selain itu, kebijakan tarif yang diambil oleh Donald Trump juga dipandang sebagai faktor yang memperburuk situasi. Meskipun Trump menunda tarif terhadap Kanada dan Meksiko, pelaku pasar tetap merasakan ketidakpastian menjelang pembicaraan kebijakan tarif bilateral dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Dari sisi pasar domestik, fokus saat ini tergolong pada kebijakan fiskal pemerintah yang sedang berjalan, khususnya dalam hal penghematan dan realokasi anggaran. Andry juga mengungkapkan bahwa prospek likuiditas di jangka pendek yang ketat akan berpengaruh pada persepsi investor mengenai performa saham perbankan di Indonesia.
Pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, 7 Februari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah sebesar 132,96 poin atau 1,93 persen, berakhir di posisi 6.742,58. Meskipun kelompok saham unggulan yang tergabung dalam indeks LQ45 mengalami kenaikan tipis sebesar 7,24 poin atau 0,93 persen ke level 784,88.
Frekuensi perdagangan saham terlihat cukup aktif, dengan total transaksi mencapai 1.312.000 kali dan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 16,79 miliar lembar, setara dengan nilai Rp13,06 triliun. Data menunjukkan 200 saham mengalami kenaikan, 441 saham turun, dan 314 saham tidak bergerak.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.