BeritaInvestor.id –
Analisis terkini dari ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengindikasikan bahwa volatilitas di pasar saham Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dalam waktu dekat. Hal ini terutama dipengaruhi oleh berbagai faktor global yang tengah berlangsung.
Salah satu faktor yang mengemuka adalah sikap pesimistis pasar terkait kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh The Fed, yang kini mulai diperkirakan akan terjadi penurunan sebesar 25 basis poin pada tahun 2025. Andry menambahkan bahwa sentimen negatif ini telah memengaruhi harapan para investor.
Dinamika kebijakan tarif yang terkait dengan pemerintahan Donald Trump juga diantisipasi akan berlanjut, memberikan dampak pada pergerakan pasar saham domestik. Meskipun penundaan aplikasi tarif terhadap Kanada dan Meksiko memberikan dorongan positif, masyarakat pasar tetap bersikap hati-hati menunggu hasil perbincangan antara Trump dan Presiden Cina, Xi Jinping, mengenai kebijakan bilateral yang sedang berlangsung.
Dari sisi Tiongkok, tarif balasan yang diberlakukan terhadap impor batu bara, LNG, dan minyak dari AS dipandang tidak memberikan pengaruh signifikan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar impor batu bara Tiongkok berasal dari Indonesia dan Rusia. Andry menambahkan bahwa kebijakan tarif tersebut juga menambah ketidakpastian global dan berpotensi menjadi tekanan politik terhadap negara lain.
Dalam konteks domestik, fokus pasar akan lebih menekankan pada kebijakan fiskal pemerintah, terkait upaya penghematan dan penyesuaian anggaran yang sedang dibahas. Dia juga mencatat bahwa prospek likuiditas jangka pendek yang diprediksi ketat akan memengaruhi kinerja saham di sektor perbankan Indonesia.
Pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada hari Jumat (07/02), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 132,96 poin atau sekitar 1,93 persen pada angka 6.742,58. Meskipun demikian, indeks LQ45, yang mencerminkan 45 saham unggulan, justru mencatatkan kenaikan sebesar 7,24 poin atau 0,93 persen menjadi 784,88.
Frekuensi perdagangan saham di bursa tercatat mencapai 1.312.000 transaksi, dengan volume perdagangan sebanyak 16,79 miliar lembar saham bernilai Rp13,06 triliun. Tercatat 200 saham mengalami kenaikan, sedangkan 441 saham mengalami penurunan, dan 314 saham tidak menunjukkan perubahan.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.