BeritaInvestor.id – Vale Indonesia Tbk (INCO) mengungkapkan bahwa mereka sedang giat mengembangkan tiga proyek nikel baru di berbagai wilayah Sulawesi. Ketiga proyek tersebut mencakup pembangunan smelter nickel matte di Sorowako, Sulawesi Selatan, smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Proyek ini memiliki nilai investasi total sebesar US$ 9 miliar atau setara dengan Rp 138,3 triliun (menggunakan kurs Rp 15.374 per US$).
Adriansyah Chaniago, Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia, mengungkapkan bahwa perusahaan tengah fokus pada proyek-proyek yang memprioritaskan Environmental, Social, and Governance (ESG) dan bekerja sama dengan berbagai mitra bisnis.
“Total semua 3 proyek itu akan sekitar US$ 9 miliar,” ungkapnya saat berbicara dalam acara Infrastructure Forum, Sewindu PSN, di Jakarta.
Dia juga menyoroti kemajuan yang telah dicapai dalam ketiga proyek tersebut, dengan menunjukkan perkembangan yang signifikan, terutama dalam tahap early work. “Kalau yang di Bahodopi itu hampir 80% sudah, kalau yang di Pomalaa itu hampir 50%, terutama karena kita lagi meningkatkan kapasitas. Tapi intinya kita sudah mulai early work,” tambahnya.
Dalam konteks smelter HPAL di Pomalaa, Vale Indonesia berencana untuk meningkatkan kapasitasnya hingga mencapai sekitar 120 ribu ton nikel per tahun. “Akan jadi 120 ribu ton (nikel) per tahun sudah disetujui masuk dalam proyek di Pomalaa,” ungkapnya.
Seperti yang telah diumumkan sebelumnya, Ford Motor Co, perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, bersama dengan Zhejiang Huayou Cobalt, perusahaan nikel asal China, telah menandatangani perjanjian investasi senilai US$ 4,5 miliar dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk proyek pembangunan smelter nikel. Proyek ini akan berlokasi di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dan akan memproduksi 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Vale dan Huayou telah merencanakan untuk memulai konstruksi smelter pada bulan November mendatang, dengan target agar smelter dapat beroperasi pada tahun 2026. Kesepakatan ini menjadi unik karena membawa Ford ke dalam bisnis hulu nikel, dan Vale akan memegang 30% saham di proyek smelter ini, sementara sisanya akan dikuasai oleh Ford dan Huayou.
Dengan langkah ini, Ford berinvestasi di Asia Tenggara untuk pertama kalinya, dan mereka berharap untuk memastikan bahwa sumber nikel yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik mereka mematuhi standar ESG yang ketat, sejalan dengan komitmen bisnis mereka secara global.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor