BeritaInvestor.id – Lonjakan harga saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) telah membawa keuntungan fantastis bagi pemegang saham, termasuk emiten asuransi PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU). TUGU, yang merupakan entitas usaha PT Pertamina (Persero), telah membuktikan keberhasilannya dalam berinvestasi di PGEO.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), per tanggal 22 September 2023, harga saham PGEO mencapai Rp1.575 per saham. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 80,00% dari harga saham PGEO saat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada bulan Februari tahun ini, yang berada di level Rp875 per saham.
Beberapa faktor telah menjadi katalis positif dalam lonjakan harga saham PGEO. Salah satunya adalah peluncuran bursa karbon dan prospek bisnis yang cerah di sektor panas bumi. Selain itu, persiapan dari pesaing terdekat PGEO, yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang merupakan induk dari Star Energy, untuk melantai di bursa Indonesia juga memberikan dampak positif pada saham PGEO.
Yang menarik adalah bahwa TUGU berhasil mencatatkan keuntungan signifikan dari investasinya di saham PGEO. Berdasarkan laporan keuangan per semester I-2023, TUGU memiliki total kepemilikan 282.400.000 lembar saham PGEO dalam kategori tersedia untuk dijual. Biaya perolehan investasi saham PGEO mencapai Rp237,31 miliar.
Walaupun tidak dijelaskan secara rinci kapan TUGU membeli saham PGEO dan pada harga berapa, namun berdasarkan biaya perolehan dan jumlah saham yang dimiliki, dapat disimpulkan bahwa TUGU memiliki saham PGEO dengan harga rerata sekitar Rp840 per saham.
Dengan harga saham PGEO saat ini, valuasi kepemilikan TUGU di PGEO berpotensi melonjak menjadi Rp444,78 miliar, menghasilkan potential gain hingga Rp207,5 miliar. Angka ini tentunya sangat fantastis mengingat bahwa laba bersih TUGU tahun lalu hanya sebesar Rp347 miliar.
Selain mengamati kinerja saham PGEO, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk juga tengah melakukan ekspansi bisnis di luar negeri. Mereka telah menjalin kerja sama dengan Africa Geothermal International Limited (AGIL), perusahaan energi berbasis di Kenya, untuk mengembangkan potensi panas bumi di Kenya.
Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menjelaskan bahwa alasan di balik rencana ekspansi ini adalah biaya pengeboran yang lebih murah di Kenya dibandingkan di Indonesia. Biaya pengeboran satu sumur di Kenya hanya setengah dari biaya pengeboran sumur di Indonesia, yang mencapai US$ 6 juta.
Kenya juga memiliki potensi lapangan panas bumi yang besar, dengan satu lapangan mampu memproduksi lebih dari 500 MW, sementara di Indonesia, rata-rata hanya berkisar di level 100-300 MW.
Kerja sama dengan Kenya ini menjadi langkah awal bagi PGEO untuk menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia (World-Class Green Energy Company). Saat ini, kedua belah pihak sedang berbagi data untuk melanjutkan proyek ini.
Julfi Hadi menegaskan bahwa kerja sama ini akan memberikan manfaat positif bagi kedua negara, serta akan membantu dalam pengembangan sumber energi panas bumi yang bersih dan menjadi kebutuhan global.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor