Pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan sedikit pelemahan sebesar 0,09% menjadi 6.693,92 pada perdagangan Kamis (15/6/23). Bagi para investor, ada beberapa sentimen penting yang perlu diperhatikan yang berpotensi mempengaruhi pasar keuangan di Indonesia, terutama dari luar negeri.
Pada pukul 09.03, IHSG terus mengalami penurunan sebesar 0,21% ke level 6.685,88. Selama perdagangan, terdapat 166 saham yang mengalami kenaikan, 153 saham mengalami penurunan, dan 234 saham lainnya stagnan.
[tv-chart symbol=”IDX:composite” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Volume perdagangan mencatat sekitar 898 juta saham dengan nilai perdagangan mencapai Rp 288 miliar.
Keputusan dari The Fed dan kebijakan ECB menjadi perhatian utama dalam pasar hari ini. Sesuai dengan harapan pasar, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 5,0-5,25% pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia.
Namun, harapan pasar untuk pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus ditunda karena proyeksi mengindikasikan bahwa siklus suku bunga yang tinggi akan berlanjut. Bahkan, The Fed memberikan sinyal bahwa kemungkinan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi tahun ini.
Keputusan tersebut tidak hanya mengecewakan pasar, tetapi juga dapat berdampak pada berbagai aspek lainnya. Siklus kenaikan suku bunga yang belum berakhir menciptakan tingkat ketidakpastian yang tinggi di pasar global. Para pelaku pasar keuangan di seluruh dunia harus menghadapi volatilitas setiap kali data ekonomi Amerika Serikat dirilis dan menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
Keputusan hawkish dari The Fed juga dapat mempengaruhi keputusan bank sentral lainnya, termasuk Bank Indonesia (BI), untuk tetap mengadopsi kebijakan hawkish. Meskipun inflasi di dalam negeri mengalami penurunan, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa BI mungkin menghadapi kesulitan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Hal ini dapat berdampak pada suku bunga pinjaman bank yang sulit turun, meningkatkan biaya pinjaman, dan menghambat perusahaan dalam melakukan ekspansi. Permintaan kredit investasi, modal kerja, dan kredit konsumsi di Indonesia juga berpotensi terhambat oleh suku bunga yang tinggi di masa depan.
Keputusan hawkish dari The Fed juga berpotensi membawa perekonomian Amerika Serikat menuju resesi. Sebagai motor utama perekonomian global, perlambatan ekonomi di AS akan memiliki dampak besar terhadap permintaan global, termasuk di perekonomian Indonesia. AS merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia dan juga salah satu investor asing terbesar di negara ini.
Selain kebijakan The Fed, para pelaku pasar juga harus memperhatikan data penting yang akan dirilis dari luar negeri hari ini. Data produksi industri, penjualan ritel, angka pengangguran, dan indeks harga rumah China menjadi faktor yang penting karena memberikan gambaran tentang perlambatan ekonomi saat ini di Tiongkok. Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, perkembangan di China akan berdampak besar pada perekonomian Tanah Air.
Tidak hanya itu, Bank Sentral Eropa (ECB) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada malam hari nanti. Meskipun Eropa telah terkena resesi, pasar masih memperkirakan bahwa ECB akan terus menaikkan suku bunga acuannya. Meskipun ekonomi Uni Eropa mengalami kontraksi pada kuartal I-2023, inflasi yang tinggi menjadi faktor penentu keputusan ECB untuk tetap mengadopsi kebijakan hawkish.