BeritaInvestor.id – Tesla menorehkan rekor baru dalam penjualan kredit karbon, mengantarkan perusahaan pada keuntungan signifikan. Laba dari penjualan kredit karbon pada kuartal kedua 2024 mencapai US$ 890 juta (Rp 14,42 triliun), meningkat 216% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Angka ini bahkan melebihi laba bersih dari bisnis utama Tesla, yaitu penjualan mobil listrik, yang mengalami penurunan 45% pada periode yang sama.
Bagaimana Tesla Menghasilkan Keuntungan dari Kredit Karbon?
Tesla menghasilkan kredit karbon melalui program Regulatori Kredit Karbon di Amerika Serikat. Program ini memberikan insentif kepada perusahaan yang memproduksi emisi gas rumah kaca lebih rendah dibandingkan batas yang ditentukan.
Tesla, dengan emisi yang rendah dari produksi mobil listriknya, memiliki kelebihan kredit karbon yang dapat dijual kepada produsen lain yang tidak memenuhi target emisi mereka.
Kinerja Keuangan Tesla Dibandingkan dengan Emiten Energi Terbarukan di Indonesia
Meskipun Tesla mengalami penurunan laba bersih dari bisnis utama, perusahaan ini masih membukukan keuntungan yang signifikan dari penjualan kredit karbon.
Sebagai perbandingan, emiten energi terbarukan di Indonesia, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), mencatatkan laba bersih US$ 47,51 juta (Rp 754,14 miliar) pada kuartal I 2024.
Meskipun lebih kecil dibandingkan Tesla, PGEO menunjukkan pertumbuhan laba bersih 1,17% dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Indonesia Berkomitmen pada Kendaraan Listrik dan Perdagangan Karbon
Indonesia menunjukkan komitmennya dalam mendorong produksi kendaraan listrik dan perdagangan karbon.
Pemerintah Indonesia memiliki target untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060 dan telah meluncurkan Bursa Karbon Indonesia pada September 2023.
Meskipun perdagangan di bursa karbon masih tergolong baru, namun menunjukkan potensi yang besar untuk mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor