BeritaInvestor.id – Pada Kamis pagi ini (29/2/2024), harga minyak mengalami kenaikan yang signifikan, dipicu oleh seruan demonstrasi oleh Hamas di Jalur Gaza. Seruan ini memicu kekhawatiran akan memperluas konflik di wilayah tersebut. Sementara itu, proyeksi peningkatan konsumsi bahan bakar di China juga memberikan dukungan tambahan bagi harga minyak. Meski demikian, pernyataan dari Wakil Menteri Rusia, Alexander Novak, serta laporan dari Energy Information Administration (EIA) AS menimbulkan tekanan tambahan terhadap harga minyak.
Tim Research and Development ICDX melaporkan bahwa pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, telah mengeluarkan seruan untuk demonstrasi di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada awal Ramadan yang diperkirakan dimulai pada 10 Maret tahun ini. Seruan ini berpotensi memicu perluasan konflik di wilayah tersebut, yang dapat menahan harapan gencatan senjata yang diharapkan oleh Presiden AS Joe Biden.
Di sisi lain, China National Petroleum Corp (CNPC) merilis proyeksi yang optimis terkait permintaan bahan bakar di China. Diperkirakan bahwa permintaan bahan bakar untuk sektor penerbangan di China akan meningkat sebesar 13% pada tahun 2024, sementara konsumsi bensin juga diperkirakan tumbuh sebesar 1,3%. Ini didorong oleh peluncuran kendaraan listrik (EV) yang terus berlanjut dengan cepat di China.
Namun, pengumuman Rusia tentang larangan ekspor bensin yang akan dimulai pada 1 Maret selama 6 bulan menimbulkan ketidakpastian tambahan di pasar. Novak menyatakan bahwa larangan ini dapat dicabut kapan saja jika pasar sudah jenuh, sementara juga menekankan bahwa Rusia belum mempertimbangkan larangan ekspor solar. Pernyataan Novak tersebut meredam kekhawatiran akan berkurangnya pasokan dari Rusia, serta mengindikasikan potensi untuk tidak memperpanjang pengurangan produksi yang dilakukan oleh negara-negara OPEC+.
Di sisi lain, laporan dari EIA AS menunjukkan peningkatan stok minyak mentah AS sebesar 4,20 juta barel, melebihi prediksi awal. Namun, stok bensin dilaporkan turun sebesar 2,83 juta barel, yang lebih besar dari prediksi awal. Hal ini mengindikasikan penurunan permintaan di pasar minyak AS.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi mencapai posisi resistance terdekat di level US$80 per barel. Namun, jika mengalami katalis negatif, harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$76 per barel.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor