BeritaInvestor.id – Ekonom memprediksi neraca perdagangan Indonesia tetap surplus pada April 2025, melanjutkan tren positif selama 59 bulan berturut-turut. Hal ini didukung oleh penundaan tarif resiprokal AS selama 90 hari, memberi kesempatan eksportir menambah pengiriman ke luar negeri.Potensi Surplus Menghadapi Risiko
Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang mengatakan surplus bisa menyusut akibat ketidakpastian global. Tarif dagang AS terhadap China mencapai 245%, sementara impor dari AS untuk pangan, energi, dan manufaktur strategis diperkirakan menambah beban sekitar $125–$170 juta per bulan. “Selama harga komoditas stabil dan rupiah terkendali, surplus masih bisa dipertahankan,” ujar Hosianna, tapi tekanan meningkat tanpa langkah diversifikasi ekspor atau pengendalian impor.Surplus Mencapai $4,33 Miliar Bulan Ini
Data BPS menunjukkan neraca perdagangan Indonesia surplus $4,33 miliar April 2025, naik $1,23 miliar dari bulan sebelumnya. Rekor ini dimulai sejak Mei 2020.Tekanan dari Kenaikan Tarif AS-China
Pemerintah AS menunda bea impor terhadap mitra dagang selama 90 hari, tapi meningkatkan tarif untuk China hingga 245%. Hal ini dilakukan sebagai respons atas langkah pembalasan dari Tiongkok.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.