Berita Investor
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
Berita Investor
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
No Result
View All Result
Berita Investor
No Result
View All Result

Strategi Bank Indonesia dalam Mengatasi Pelemahan Rupiah

by Tim Redaksi
27, September, 2023
in Ekonomi
0
Strategi Bank Indonesia dalam Mengatasi Pelemahan Rupiah
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

BeritaInvestor.id – Dalam perdagangan hari ini, mayoritas mata uang di seluruh dunia mengalami tekanan dan harus menghadapi dominasi dolar Amerika Serikat (AS), dan rupiah tidak terkecuali. Refinitiv mencatat bahwa rupiah ditutup pada angka Rp15.485 per dolar AS, mengalami pelemahan sebesar 0,58%. Bahkan, dalam beberapa momen perdagangan, rupiah bahkan menyentuh level Rp15.500 per dolar AS. Ini adalah level terendah yang dicapai oleh rupiah sejak 10 Januari 2023, atau sekitar delapan bulan yang lalu.

Menurut Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto, pelemahan rupiah memiliki beberapa penyebab, termasuk faktor global dan repatriasi deviden. Dari perspektif global, pelaku pasar masih merasakan ketidakpastian terkait kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed). Suku bunga acuan AS masih berpotensi naik satu kali lagi hingga akhir tahun.

Langkah ini diambil oleh The Fed untuk mencapai target inflasi AS sebesar 2%. Pada Agustus 2023, AS mencatatkan tingkat inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), naik dari tingkat inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

“Hari ini hampir seluruh mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap USD, dan bahkan tidak hanya mata uang Asia, tetapi hampir semua mata uang G-10 juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS,” jelas Edi.

Baca:

Pertamina Drilling Gencar Bor Migas di Kaltara untuk Tingkatkan Produksi Nasional

Kemendag Evaluasi Regulasi dan Kolaborasi Mitigasi Krisis Ritel

Selain itu, pelemahan ekonomi China, Eropa, dan Jepang juga berkontribusi pada sentimen negatif di kalangan investor. “Apa yang terjadi di Eropa, China, dan Jepang turut mendorong penguatan dolar AS,” tambahnya.

Di dalam negeri, ada aktivitas repatriasi dividen dari sejumlah perusahaan. Edi menyatakan bahwa jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan Mei 2023.

“Akhir bulan ini ada kebutuhan akan dolar AS, khususnya untuk repatriasi, ini juga memengaruhi pelemahan rupiah,” tegas Edi.

Ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro, menambahkan bahwa pencairan dividen terjadi setiap tahun pada bulan Mei dan September. Bulan Mei untuk dividen pertengahan tahun, sementara September untuk dividen sepanjang tahun.

Permintaan terhadap dolar AS di dalam negeri akan meningkat 1-2 bulan sebelum pencairan dividen. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa rupiah mengalami tren pelemahan hingga saat ini, selain pengaruh sentimen global.

Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa pelemahan ini bersifat sementara. Perbaikan fundamental ekonomi dalam negeri diharapkan akan mendorong penguatan rupiah di masa mendatang. “BI terus mengawasi dan berada di pasar untuk memastikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan valas tetap terjaga,” tambah Edi.

Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.

Tags: BeritaInvestor.idDOLAR RUPIAHUSDIDR
Previous Post

Dana Perdagangan Karbon, KSEI Catat 16 SID dengan Dana Rp30 Miliar

Next Post

Saham PGEO, BRPT, KEEN Ambles Setelah di Resmikan Bursa Karbon

Next Post
Saham PGEO, BRPT, KEEN Ambles Setelah di Resmikan Bursa Karbon

Saham PGEO, BRPT, KEEN Ambles Setelah di Resmikan Bursa Karbon

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Home
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor