Berita Investor
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
Berita Investor
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
No Result
View All Result
Berita Investor
No Result
View All Result

SRTG laporakan Kerugian Besar Sebanyak Rp 10,6 Triliun hingga Q3-2023

by Tim Redaksi
31, October, 2023
in Emiten
0
SRTG laporakan Kerugian Besar Sebanyak Rp 10,6 Triliun hingga Q3-2023
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

BeritaInvestor.id – PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melaporkan rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 10,6 triliun pada periode Januari-September 2023. Angka ini merupakan kebalikan dari periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan keuntungan sebesar Rp 7,15 triliun. Kinerja buruk ini terutama disebabkan oleh hasil investasi perusahaan di berbagai saham, khususnya saham-saham blue chips.

Manajemen Saratoga mengungkapkan dalam laporan keuangannya yang dirilis pada Senin (30/10/2023) bahwa perusahaan mencatatkan rugi bersih dari investasi dalam saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 12,87 triliun selama sembilan bulan pertama tahun 2023. Angka ini merupakan kebalikan dari periode Januari-September 2022 yang masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp 7,58 triliun.

Kerugian yang mencapai Rp 12,87 triliun ini sebagian besar disebabkan oleh investasi dalam saham-saham blue chips, yang mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 12,25 triliun selama sembilan bulan 2023, berbanding terbalik dari tahun sebelumnya yang mencatatkan laba sebesar Rp 7,81 triliun. Beberapa saham blue chips yang termasuk dalam portofolio investasi Saratoga antara lain PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

Jumlah investasi di ketiga saham blue chips ini turun dari Rp 51,23 triliun pada 31 Desember 2022 menjadi Rp 41,41 triliun pada 30 September 2023, sejalan dengan penurunan nilai wajar (fair value) dari ketiga saham tersebut. Selain investasi di saham blue chips, SRTG juga melaporkan kerugian dari investasi di saham perusahaan berkembang sebesar Rp 548,34 miliar, meningkat dari angka tahun lalu sebesar Rp 405,72 miliar. Serta kerugian dari investasi di saham teknologi digital sebesar Rp 51,48 miliar, dibandingkan dengan keuntungan sebelumnya sebesar Rp 104,48 miliar, dan kerugian dari investasi efek ekuitas lainnya sebesar Rp 16,06 miliar, menggantikan laba sebelumnya sebesar Rp 66,83 miliar.

Baca:

Direktur Operasi WEGE Dwi Purnomo Mundur: RUPS Akan Finalisasi

SMMA Laba Bersih Melejit 284% Meski Pendapatan Turun di Kuartal I 2025

Meski mengalami kerugian dalam sejumlah portofolio sahamnya, SRTG berhasil membukukan arus kas dari dividen sebesar Rp 2,9 triliun hingga kuartal III-2023, menunjukkan peningkatan sebesar 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Net Asset Value (NAV) Saratoga pada kuartal III-2023 mencapai Rp 49,8 triliun.

Presiden Direktur Saratoga, Michael William P Soeryadjaya, menyatakan bahwa situasi ekonomi global yang dinamis telah berdampak pada berbagai sektor bisnis, termasuk di Indonesia. Fluktuasi harga energi dan komoditas, bersama dengan tingkat inflasi dan suku bunga global yang tinggi, telah menciptakan tantangan bagi perusahaan. Untuk mengatasi situasi ini, Saratoga memutuskan untuk menjalankan strategi investasi yang lebih berhati-hati dan disiplin, dengan fokus pada manajemen arus kas yang kuat.

Saratoga Investama Sedaya juga telah melakukan investasi strategis dalam bisnis baterai kendaraan listrik melalui anak perusahaannya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), yang berfokus pada rantai pasok baterai kendaraan listrik. MBMA telah menandatangani perjanjian dengan GEM Co Ltd (GEM) untuk membangun pabrik pengolahan berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Morowali Industrial Park (IMIP), Indonesia, dengan kapasitas produksi sebesar 30.000 ton nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun. Pabrik ini akan dioperasikan di bawah PT ESG New Energy Material, joint venture antara MDKA dan GEM, dengan target operasi pada akhir tahun 2024 untuk tahap 1 dan pertengahan tahun 2025 untuk tahap 2. Pabrik ini juga akan membeli dan memproses bijih nikel laterit dari Tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang dimiliki oleh MBMA berdasarkan perjanjian pasokan selama 20 tahun. GEM sendiri adalah pemimpin global di bidang energi baru terbarukan dan daur ulang.

Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya, Devin Wirawan, menjelaskan bahwa secara operasional, SRTG mencapai tingkat efisiensi yang optimal, yang tercermin dari rasio biaya dan utang yang rendah. Hingga kuartal III-2023, rasio biaya operasional tahunan terhadap NAV adalah sebesar 0,5%, dan rasio pinjaman 0,3%, menurun dari 0,9% di periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, biaya bunga berhasil diturunkan sebesar 52% year-on-year (yoy) berkat penurunan utang bersih, sehingga posisi utang bersih Saratoga saat ini adalah sebesar Rp 166 miliar, menurun hingga 72% yoy dari sebelumnya sebesar Rp 588 miliar. Saratoga tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan peluang investasi di sektor-sektor strategis yang berpotensi memberikan dampak besar bagi ekonomi nasional, termasuk sektor kesehatan, produk konsumen, infrastruktur digital, dan energi terbarukan.

Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor

Tags: Emiten Sandiaga UnoSaratoga InvestamaSRTG Saham
Previous Post

PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) Raih Pendapatan Bersih Rp 14,08 Triliun hingga Akhir September 2023

Next Post

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Laporkan Lonjakan Laba hingga 110,87% di Q3-2023

Next Post
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Laporkan Lonjakan Laba hingga 110,87% di Q3-2023

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Laporkan Lonjakan Laba hingga 110,87% di Q3-2023

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Home
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor