BeritaInvestor.id – Emiten yang terhubung dengan Sugianto Kusuma dan Salim Grup, yaitu PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), tengah menjadi fokus pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI) karena pergerakan harga sahamnya yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA).
BEI menginformasikan melalui keterbukaan informasi bahwa terjadi kenaikan harga saham PANI yang mencolok dan di luar tren yang biasanya terjadi. Namun, pengumuman tentang UMA ini tidak langsung mengindikasikan adanya pelanggaran terhadap peraturan pasar modal.
Data dari RTI mencatat bahwa harga saham PANI telah mengalami kenaikan sebesar 102,9% dalam satu bulan terakhir. Pada hari ini, harga saham turun sekitar 5,31% atau 190 poin menjadi Rp 3.390 per saham pada pukul 10.26 WIB.
PANI fokus dalam pengembangan properti di Jakarta Utara, khususnya di Pantai Indah Kapuk 2 dengan konsep gaya hidup dinamis dan modern yang mengikuti perkembangan pasar.
Kinerja keuangan PANI pada triwulan pertama 2023 telah dilaporkan dengan penyajian laporan keuangan yang telah ditelaah terbatas oleh Kantor Akuntan Johan, Malonda & Mustika.
Prestasi PANI terlihat dari pendapatan yang berhasil diraih sebesar Rp 919 miliar, mengalami kenaikan sebesar 695% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2022. Peningkatan ini sebagian besar berasal dari penjualan real estate, seperti rumah tinggal dan tanah kavling yang mengalami kenaikan tajam, bahkan mencapai 36 kali lipat dari kuartal pertama tahun sebelumnya.
Manajemen PANI menjelaskan bahwa sebagian besar kontribusi penjualan berasal dari anak perusahaan PANI yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2).
PANI juga berhasil mengurangi beban usaha sebesar 11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022. Hal ini turut berkontribusi pada pencapaian laba bersih sebesar Rp 446 miliar pada triwulan pertama tahun 2023.
Saat ini, total aset PANI mencapai Rp 16,3 triliun, naik 3% dibandingkan dengan akhir tahun 2022.
Keberlanjutan usaha PANI didukung oleh total persediaan yang solid sebesar Rp 12,7 triliun, yang meliputi tanah dalam proses pengembangan senilai Rp 4,7 triliun dan tanah yang belum dikembangkan senilai Rp 5,6 triliun. Selain itu, persediaan lain seperti bangunan dalam tahap konstruksi mencapai Rp 2,3 triliun.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor