BeritaInvestor.id – Rupiah kembali terpuruk dan ditutup di level terendah sepanjang sejarah pada Kamis (24/4/2025), mencapai Rp16.870/US$. Pelemahan ini terjadi karena tekanan jual dari investor asing yang mencapai Rp61,06 triliun selama April 2025. Meski Bank Indonesia (BI) mengklaim fokus pada stabilisasi nilai tukar melalui intervensi di pasar spot dan offshore-NDF, rupiah tetap jadi satu-satunya mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS tahun ini.
Penyebab Utama Pelemahan Rupiah
Penguatan dolar AS (naik ke level 99,4) dan keluarnya modal asing menjadi pemicut utama. Sentimen perang dagang global serta ketidakpastian terkait kebijakan fiskal Indonesia memperburuk kondisi. Tahun ini, rupiah telah anjlok 4,55% year-to-date sementara mata uang Asia lainnya unggul melawan dolar AS.
Prediksi Analis dan Bank Sentral
MUFG memproyeksikan rupiah bisa menyentuh Rp17.100/US$ dalam beberapa bulan, sedangkan Barclays melihat potensi pelemahan hingga Rp17.200/US$ pada 2026. Namun analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro berpendapat rupiah sudah sangat ‘undervalued’ dan bisa rebound cepat, bahkan menargetkan Rp16.300/US$ di kuartal II-2025.
Gagasan BI Stabilisasi Nilai Tukar
Perry Warjiyo (Gubernur BI) menegaskan prioritas utama adalah menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi 24 jam di pasar global. Deputinya Destry Damayanti menyebut ada tanda optimisme: aliran modal asing kembali ke surat utang Indonesia (SBN) senilai Rp40 triliun pekan ini.
Kondisi Pasar saat Ini
IHSG berbalik melemah 0,6% meski sempat naik 0,8%, sementara yield SUN turun di semua tenor. Selisih yield dengan Treasury AS menyempit ke level 258 bps.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.