BeritaInvestor.id – Hari ini, mata uang Rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) seiring dengan penguatan Indeks Dolar AS (DXY). Dalam perdagangan awal pada 26 Oktober 2023, Rupiah menembus level psikologis Rp15.900 per Dolar AS. Bahkan, Rupiah sempat mencapai Rp15.940 per Dolar AS, menunjukkan pelemahan sebesar 0,47%. Saat ini, posisi Rupiah mencapai level terlemah sejak 8 April 2020, atau sekitar 3,5 tahun terakhir.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) juga menguat sebesar 0,19% pada hari ini, mencapai angka 106,72. Penguatan ini merupakan kelanjutan dari tren positif yang telah berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Namun, dalam sisa perdagangan hari ini, Rupiah masih menunjukkan kesulitan untuk menguat. Hal ini terlihat dari pergerakan Rupiah dalam pasar non-deliverable forward (NDF) yang menunjukkan pelemahan pada sesi siang ini dibandingkan dengan kondisinya beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pada pagi hari.
NDF adalah instrumen perdagangan mata uang yang memiliki jangka waktu tertentu dengan kurs acuan yang sudah ditentukan. Pasar NDF seringkali memiliki dampak signifikan terhadap pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, pergerakan kurs dalam NDF kerap diikuti oleh pergerakan kurs di pasar spot.
Penting untuk dicatat bahwa kurs NDF Rupiah telah mencapai angka Rp16.010 per Dolar AS untuk tenor enam bulan, dan bahkan untuk tenor satu tahun, kurs telah mencapai level psikologis yang lebih tinggi, yaitu Rp16.114 per Dolar AS.
Pelemahan Rupiah ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya imbal hasil dari surat utang Pemerintah AS, terutama untuk tenor sepuluh tahun. Imbal hasil yang tinggi ini menarik minat investor untuk membeli obligasi Pemerintah AS. Dampaknya pun tidak hanya dirasakan di AS, tetapi juga di negara-negara berkembang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, “Situasinya menjadi sangat tidak dapat diprediksi dan sangat volatile, dan ini memicu ketidakstabilan tidak hanya di AS, tetapi juga di seluruh dunia karena banyak investor dari berbagai negara berbondong-bondong untuk membeli surat berharga Pemerintah AS.”
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor