BeritaInvestor.id – Rupiah terjun ke level terlemah sejak krisis moneter 1998, menyentuh Rp16.620/US$ pada Selasa (25/3/2025). Mata uang Indonesia ini jadi yang paling parah melemah di Asia setelah baht Thailand, dipengaruhi sinyal hawkish Federal Reserve dan tekanan pasar global.Sinyal Fed Menyebabkan Penguatan Dolar AS
Rupiah membuka perdagangan turun 0,32% ke Rp16.608/US$ lalu menyentuh puncak pelemahan 0,39% di Rp16.620/US$. Ini level terendah sejak krisis 1998 ketika rupiah pernah menyentuh Rp16.650/US$. Penguatan dolar AS (naik 0,5%) beriringan dengan kekhawatiran pasar atas potensi pemotongan suku bunga Fed yang lebih lambat dari perkiraan.Pelemahan Menular ke Pasar Global
Pasar surat utang negara juga terpuruk. Yield SUN (Saham Negara) 1 tahun naik 2,8 basis poin menjadi 6,624%, sementara yield SUN 10 tahun menyentuh 7,192%. Sementara itu, pasar saham coba memetik optimisme dari peningkatan di Wall Street meski sentimen AS jadi ambivalen.Gubernur Fed: Hanya Satu Kali Pemangkasan Bunga
Gubernur Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic menyebut kemungkinan hanya ada satu pemotongan suku bunga lagi tahun ini. Ia khawatir kebijakan tarif Presiden Trump akan mengganggu proses penurunan inflasi. Sinyal ini mendorong dolar AS melonjak dan menekan aset seperti emas.Risiko Rupiah Jatuh Lebih Dalam
Analisis teknikal menunjukkan rupiah bisa terus merosot ke level Rp16.700/US$. Sementara pasar offshore (NDF 1 bulan) sudah di Rp16.667/US$, mengindikasi ketidakpastian lebih lanjut.Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.