BeritaInvestor.id – Rupiah diprediksi masih stabil meskipun menghadapi tekanan global dari perang dagang AS-China, kata Bank Indonesia (BI). Mata uang nasional ditutup di Rp16.865/US$ hari ini setelah sempat menyentuh level terlemah sepanjang masa di Rp16.957/US$. Direktur Pengelolaan Moneter BI, Fitra Jusdiman, menegaskan rupiah lebih baik dari mata uang Asia lain seperti rupee India dan ringgit Malaysia yang melemah.Performa Rupiah Lebih Baik Dibanding Mata Uang Asia
BI mencatat rupiah tetap stabil dibandingkan dengan rupee India (-0,47%), ringgit Malaysia (-0,14%), dan yuan Tiongkok (-0,14%). Meski demikian, mata uang seperti yen Jepang dan baht Thailand justru menguat. Penguatan ini terjadi setelah pasar mencerna implikasi tarif baru AS.BI Intervensi di Pasar Domestik dan Global
Otoritas moneter berjanji melakukan intervensi agresif di pasar spot, NDF domestik, SBN (Surat Berharga Negara), serta NDF offshore untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Deputi Gubernur BI Destry Damayanti menyebut kebijakan fiskal pemerintah dan inflasi terkendali menjadi fondasi optimisme pasar.Pasar Saham Domestik dan Global Lesu
IHSG ditutup melemah 0,5% di bawah level 6.000 setelah berayun liar sepanjang hari. Sementara itu, surat utang Indonesia (SUN) terpukul dengan yield INDON-10Y mencapai 5,525%, naik 23 basis poin. Intervensi BI berhasil menekan kenaikan imbal hasil pada tenor benchmark.Fundamental Ekonomi Tetap Kokoh
BI memastikan ekonomi Indonesia tetap kuat karena inflasi terkendali dan komitmen fiskal hati-hati. Namun, pasar keuangan domestik masih volatile akibat ketidakpastian global.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.