BeritaInvestor.id – Rupiah mencatat penguatan mingguan terbesar sejak Januari 2023, menguat 2,35% pekan ini di level Rp16.435/US$ akibat optimisme pasar global menyusul penurunan ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan AS. Penguatan mata uang Asia menjadi sentimen utama, dengan dolar Taiwan melonjak 3,82%, disusul rupiah sebagai yang kedua terkuat (0,89%).
Penguatan Regional Dorong Rupiah
Pasar Asia menghijau secara umum: bursa Jepang naik >1%, Hang Seng +2%, dan Taiwan +3%. Dolar AS melemah ke 99,95 sementara yield Treasury 10Y turun ke 4,208%. Ini mencerminkan antisipasi data NFP (Nonfarm Payroll) AS yang memicu sentimen risk-on bagi aset emerging markets.
Data Ekonomi RI Jadi Sorotan
Meski manufaktur RI masuk zona kontraksi pada April, inflasi 1,95% (tertinggi delapan bulan) justru memberi ruang Bank Indonesia (BI) untuk relaksasi moneter. Analis Bloomberg Economics memproyeksi pertumbuhan ekonomi Q1-2024 turun ke 4,92%, terendah sejak Q3-2021.
BI Diprediksi Mulai Pelonggaran
Dengan rupiah stabil setelah krisis perang dagang April, BI diproyeksikan akan menurunkan suku bunga pada pertemuan 20-21 Mei. Pasar menantikan data PDB Q1 Senin depan yang diharapkan membuktikan perlunya stimulus ekonomi.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.