BeritaInvestor.id – Rupiah hari ini mencatat pelemahan signifikan sebesar 1,81% menjadi Rp16.865/US$, terburuk di Asia sejak data dimulai pada 1991. Pelemahan ini dipicu oleh dampak perang dagang AS yang melumpuhkan pasar global usai Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor ke Indonesia sebesar 32%. Kurs JISDOR Bank Indonesia juga melemah 1,71% di level Rp16.849/US$, terendah sejak 2013. Di pasar offshore, rupiah NDF-1M bergerak di Rp16.974/US$ (-0,35%) setelah sempat menyentuh puncak pelemahan Rp17.117/US$.
Pelemahan Rupiah vs Mata Uang Asia
Rupiah tertinggal jauh di belakang yen Jepang (+0,48%) dan dolar Singapura (+0,19%). Baht Thailand malah melemah lebih dalam (-2,3%), sementara ringgit Malaysia turun 0,2%. IHSG terpuruk hingga anjlok 7,96% ke level 5.992,57 karena sentimen pasar global yang memburuk. Surat utang pemerintah (SUN) juga tertekan; yield SUN-1Y mencapai 6,854% (+22,7 bps), sementara SUN 5Y dan 10Y naik masing-masing 9,1 bps dan 9,4 bps.
Pemerintah Meredam Dampak Perang Dagang
Menteri Airlangga Hartarto menegaskan ekspor ke AS hanya kontribusi 2,2% PDB Indonesia, lebih rendah dibanding Vietnam (33%). Untuk meminimalkan risiko, pemerintah akan:
1. Memprioritaskan pasar China ($26 miliar) dan India ($21 miliar),
2. Menambah impor LNG/LPG AS dalam negosiasi tarif, serta
3. Merombak pajak impor, kuota ekspor CPO, dan percepat tax refund perusahaan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjamin APBN tetap stabil dengan defisit bijaksana dan utang terkontrol.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.