BeritaInvestor.id – Rupiah yang menguat dalam perdagangan kemarin mungkin hanya sementara karena ketidakpastian pasar global meningkat jelang kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Penguatan indeks dolar AS dan sentimen risk-off di pasar internasional memberi tekanan pada mata uang emerging market, termasuk rupiah yang berpotensi melemah hari ini.
Pemicu Gelisah dari Tarif Trump
Pasar global semakin tegang menyambut kebijakan tarif impor 25% AS untuk mobil non-AS mulai 2 April. Meski Presiden Trump mengklaim tarif akan lebih rendah dari ekspektasi, indeks dolar AS tetap melonjak 0,35% hingga 104,63. Sementara itu, saham Wall Street terpuruk: Nasdaq anjlok 2,04%, dan S&P 500 turun 1,12%.
Rupiah Dikepung Tekanan Global
Pagi ini kontrak NDF rupiah bergerak di Rp16.639/US$, jauh dari posisi spot kemarin (Rp16.580/US$), menunjukkan potensi pelemahan hari ini. Mata uang Asia seperti ringgit dan won melemah mengikuti dolar AS, sementara yuan offshore masih unggul tipis.
Analisis Bank Indonesia: Lebih Stabil dari Krisis ’98
Solikhin M. Juhro dari BI menegaskan kondisi saat ini berbeda jauh dengan krisis 1998, di mana ekonomi Indonesia tetap tumbuh 5% dengan inflasi terkendali dan utang publik stabil. “Kami tidak rentan seperti masa lalu,” katanya.
Target Teknikal Rupiah: Level Kritis
Penguatan dolar AS mendorong rupiah mendekati support Rp16.600/US$, dan target pelemahan potensial hingga Rp16.700/US$. Jika menguat, resistance ada di Rp16.550/US$.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.