Berita Investor
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
Berita Investor
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator
No Result
View All Result
Berita Investor
No Result
View All Result

Rupiah Melesat ke Rp16.458/US$, Apakah BI Akan Potong Bunga Acuan?

by Tim Redaksi
5, May, 2025
in Ekonomi
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

BeritaInvestor.id – Rupiah kembali menguat signifikan ke level Rp16.458/US$ pada Jumat siang, berhasil menutup semua pelemahan yang terjadi sejak awal perang dagang AS-Tiongkok beberapa waktu lalu. Penguatan mata uang ini mencatat posisi tertinggi sejak 18 Maret 2024 dan didorong oleh sentimen positif dari upaya negosiasi perdagangan AS-Tiongkok yang mulai memanas.

Sentimen Global Dorong Rupiah
Penguatan rupiah tidak hanya terjadi di Indonesia. Mata uang Asia lainnya juga menguat terhadap dolar AS setelah Tiongkok memberikan respons positif pertama atas negosiasi perdagangan dengan AS. Hal ini memicu optimisme pasar global bahwa tensi perang dagang mulai mereda. Meski indeks dolar AS tetap stabil di kisaran 100, investor beralih ke aset berisiko seperti saham dan obligasi emerging market.

IHSG Tetap Stabil, Obligasi Cukup Konsisten
Di pasar modal Indonesia, IHSG menutup sesi I naik 0,34% di level 6.789. Sementara di pasar obligasi, yield tenor pendek (1Y) jatuh 7,8 bps ke 6,293%, sementara tenor acuan 10Y naik tipis 0,5 bps ke 6,880%. Stabilitas ini mencerminkan pergerakan pasar yang tetap dinamis meski dihadapkan pada volatilitas global.

Inflasi Melejit tapi Ruang Pemangkasan Bunga Masih Terbuka
Badan Pusat Statistik memperkirakan inflasi April mencapai 1,95% (year-on-year), level tertinggi sejak Agustus 2024. Namun analis menilai Bank Indonesia masih punya ruang untuk memangkas suku bunga acuan BI Rate di Mei ini karena rupiah mulai membaik dan aktivitas ekonomi butuh dorongan.

Baca:

Pertamina Drilling Gencar Bor Migas di Kaltara untuk Tingkatkan Produksi Nasional

Kemendag Evaluasi Regulasi dan Kolaborasi Mitigasi Krisis Ritel

PMI Manufaktur Jatuh ke Zona Kontraksi
Data S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia merosot signifikan ke 46,7 pada April—terendah sejak 2021—dari posisi ekspansi di Maret (52,4%). Ini menjadi sinyal bahwa perekonomian membutuhkan langkah stimulus lebih agresif.

Bursa Menanti Data Lapangan Kerja AS
Pasar global kini fokus pada data pekerjaan AS yang akan dirilis malam ini. Jika penambahan lapangan kerja di bawah ekspektasi, dolar AS bisa melemah dan membantu rupiah terus kuat hingga level Rp16.200/US$.

Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Previous Post

WSBP Defisit Rp9,54 T di Q1-2025 Akibat Pendapatan Anjlok 21%

Next Post

ABMM Laba Turun 58% Di Kuartal Pertama 2025: Analisis Penyebab dan Dampak

Next Post

ABMM Laba Turun 58% Di Kuartal Pertama 2025: Analisis Penyebab dan Dampak

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Home
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Emiten
  • Regulator

Hak Cipta © 2023 - Berita Investor