BeritaInvestor.id – Pada hari ini, Senin (21/8/2023), rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan arus dana keluar dari Indonesia. Rupiah dibuka melemah sebesar 0,26% terhadap dolar AS di angka Rp15.320/US$. Ini merupakan penurunan dari penutupan perdagangan Jumat lalu yang berada di angka Rp15.280/US$. Rupiah juga telah menyentuh level Rp15.300/US$ dalam perdagangan hari ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelemahan rupiah adalah:
Ketidakpastian Global: Meningkatnya ketidakpastian global setelah rilis data risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) AS pekan lalu serta masalah perusahaan China, Evergrande. Risalah FOMC mengindikasikan bahwa AS berpotensi untuk bersikap hawkish dalam menghadapi inflasi yang masih tinggi. Ini mengakibatkan imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun meningkat, yang dapat menguatkan dolar AS.
Penguatan Dolar AS: Indeks dolar AS menguat tajam ke 103,33, mencapai posisi tertingginya sejak Juni 2023. Penguatan dolar ini menandakan bahwa investor tengah mencari dolar AS dan menarik dana dari mata uang negara lain, termasuk rupiah.
Simposium Ekonomi Jackson Hole: Simposium ini akan diadakan dalam beberapa hari ke depan di Wyoming, AS. Para pejabat Bank Sentral AS (The Fed) dan ekonom dari seluruh dunia akan membahas masalah ekonomi global. Simposium ini diperkirakan akan memberikan panduan tentang arah kebijakan moneter AS di masa depan, yang dapat memengaruhi nilai tukar rupiah.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan merilis laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2023 pada Selasa (22/8/2023). NPI mencatat surplus sebesar US$ 6,5 miliar dan transaksi berjalan surplus sebesar 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I-2023. Pergerakan NPI akan mempengaruhi nilai tukar rupiah, karena mencerminkan kekuatan ekspor dan arus modal asing yang masuk ke Indonesia.
Pada Kamis (24/8/2023), akan ada data penting mengenai indeks harga properti dan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, termasuk keputusan suku bunga acuan. BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada rapat yang akan diadakan pada Rabu dan Kamis pekan ini (23-24 Agustus 2023). Tekanan terhadap rupiah juga berasal dari data transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik yang menunjukkan arus dana keluar dari pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN). Hal ini menunjukkan adanya tren capital outflow yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor