BeritaInvestor.id – Rupiah melemah ke level Rp16.530/US$ pada perdagangan awal pekan ini, didorong oleh tekanan pasar global dan sentimen domestik yang suram. Mata uang asli Indonesia terus tertekan akibat krisis di Turki, konflik Gaza, serta ketidakpastian kebijakan ekonomi Amerika Serikat sebelum tenggat tarif impor pada 2 April.
Sentimen Global Mempengaruhi Rupiah
Penguatan dolar AS hingga level 104,12 memperburuk kondisi pasar global. Yen Jepang mengalami penurunan terbesar di Asia (0,33%), disusul ringgit Malaysia dan baht Thailand. Rupiah NDF juga melemah ke Rp16.555/US$, menunjukkan ekspektasi pelemahan lebih lanjut.
Teledor Domestik: CDS Melonjak 17%
Peningkatan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia hingga 17% selama sebulan mencerminkan meningkatnya risiko investasi. Tekanan jual asing di pasar saham berlanjut dengan total Rp7 triliun pekan lalu, sementara yield surat utang negara (SUN) terus meroket. Tenor 12 tahun mencapai 7,171%, sementara tenor 18 tahun menyentuh level tertinggi bulan ini di 7,241%.
Proyeksi Teknikal Rupiah
Analisis teknikal menunjukkan rupiah sudah tembus support Rp16.530/US$. Jika tren bearish berlanjut, mata uang ini bisa menyentuh level 16.550 atau bahkan hingga Rp16.800/US$ sebelum libur Idulfitri.
Moody’s Pertahankan Peringkat Baa2
Pemeringkat global Moody’s memastikan peringkat utang Indonesia tetap Baa2 (investment grade), namun memberi catatan tentang risiko pertumbuhan ekonomi. Pemotongan belanja publik dan keputusan pembatalan kenaikan pajak penjualan (PPN) 12% dinilai memicu ketidakpastian pasar.
Risiko Politik Mempengaruhi Sentimen
Penguatan peran militer di ranah sipil dan polemik kebijakan fiskal membuat investor waspada. Martin Petch dari Moody’s menyatakan, ‘Efektivitas pemerintahan dalam meningkatkan pendapatan masih tidak pasti’.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.