BeritaInvestor.id – Pada Senin (16/10/2023), rupiah kembali melemah ke level Rp15.700 per dolar AS, setelah menguat selama tiga hari berturut-turut sejak 11 Oktober 2023. Meskipun rupiah mengalami pelemahan, data neraca dagang Indonesia kembali mencatat surplus pada bulan September 2023. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca dagang mencapai US$3,42 miliar, menjadikannya bulan ke-41 berturut-turut dengan surplus perdagangan.
Meskipun surplus ini lebih tinggi 0,30% dibandingkan dengan bulan Agustus, surplus tersebut turun 1,54% dibandingkan dengan September tahun sebelumnya. Surplus tersebut disebabkan oleh penurunan impor sebesar 12,45% secara tahunan dan 8,15% secara bulanan. Sementara itu, ekspor Indonesia pada September 2023 mencapai US$20,76 miliar, turun 16,17% secara tahunan dan 5,63% secara bulanan.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa surplus neraca dagang Indonesia di September 2023, sebesar US$3,42 miliar, terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar US$5,34 miliar, meskipun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,92 miliar.
Meskipun neraca dagang masih surplus dan impor terus menurun, hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat cenderung mengurangi belanja dan konsumsi, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh keluarnya arus modal dari pasar keuangan Indonesia. Selain itu, spread antara yield US Treasury tenor 10 tahun dengan SBN tenor 10 tahun semakin sempit, yaitu sebesar 212 basis poin.
Data transaksi dari Bank Indonesia (BI) pada 9-12 Oktober 2023 menunjukkan bahwa nonresiden di pasar keuangan domestik mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp4,32 triliun, terdiri dari penjualan bersih sebesar Rp4,62 triliun di pasar SBN, penjualan bersih sebesar Rp0,10 triliun di pasar saham, dan pembelian bersih sebesar Rp0,40 triliun di SRBI.
Pelemahan rupiah semakin kuat karena Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level 5,75% dalam rapat Dewan Gubernur yang akan diumumkan pada Kamis (19/10/2023). Keputusan tersebut sangat relevan dengan upaya bank sentral untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Secara teknikal, rupiah masih bergerak dalam tren pelemahan terhadap dolar AS. Penutupan harga saat ini mendekati resistance selanjutnya di Rp15.730/US$. Jika resistance ini terlampaui, kemungkinan rupiah akan melemah lebih lanjut menuju Rp16.000/US$. Namun, pelaku pasar perlu memperhatikan area support sebagai target penguatan terdekat, terutama di Rp15.680/US$, yang diambil dari titik terendah pada tanggal 13 Oktober 2023.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor