BeritaInvestor.id – Rupiah memulai pekan ini dengan pelemahan dan kembali jatuh ke kisaran Rp16.300-an per dolar AS. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah spot dibuka turun 0,31% di level Rp16.325 per dolar AS pada Senin pagi, tertekan oleh sentimen pasar global yang dibayang-bayangi ketidakpastian terkait perang tarif yang dipicu oleh Presiden AS, Donald Trump. Selain rupiah, mata uang Asia lainnya juga mengalami penurunan di zona merah, dengan baht Thailand memimpin dengan pelemahan sebesar 0,68%, diikuti oleh ringgit Malaysia (0,64%), won Korea Selatan (0,45%), dan yen Jepang (0,37%). Selanjutnya, rupiah juga tercatat melemah 0,37%, serta peso Filipina (0,23%), dolar Taiwan (0,20%), yuan Tiongkok (0,15%), dolar Singapura (0,13%), dan yuan offshore (0,09%). Secara teknikal, rupiah telah menembus level support terdekat di rentang Rp16.300-Rp16.330 per dolar AS, sementara level support terkuat berada di Rp16.350 per dolar AS. Jika rupiah terus tertekan di atas level Rp16.350 dalam sepekan ke depan, ada kemungkinan akan melemah ke Rp16.450 per dolar AS. Sebaliknya, jika rupiah mampu menguat hingga mencapai Rp16.200, maka potensi penguatan bisa berlangsung hingga Rp16.110. Indeks dolar juga menunjukkan pergerakan positif dengan posisi di sekitar 108,39. Ketidakpastian global diperburuk oleh pernyataan Trump yang berencana mengumumkan tarif impor sebesar 25% untuk semua negara, yang akan berdampak signifikan terhadap pasar mengingat konsumsi baja AS yang mencapai 93 juta ton pada 2023. Hal ini juga kemungkinan akan menekan pasar obligasi negara, setelah sebelumnya mencatat performa baik. Laporan Bank Indonesia menunjukkan investor nonresiden mencatat net buy sebesar Rp1,45 triliun selama periode transaksi 3-6 Februari, namun terdapat potensi pergeseran tren bullish di pasar surat utang. Sentimen geopolitik seputar tarif impor AS dan perkembangan terbaru mengenai Departemen Keuangan AS tampaknya akan tetap membebani pasar obligasi global, di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait inflasi AS setelah laporan pekerjaan terbaru menunjukkan penurunan tingkat pengangguran menjadi 4% dan pertumbuhan gaji yang meningkat. Yield surat utang AS juga menunjukkan kenaikan, dengan yield US Treasury 2 tahun turun 7,3 basis poin menjadi 4,285%, sementara tenor 10 tahun menurun 5,2 basis poin menjadi 4,487%. Akibatnya, yield spread antara surat utang AS dan Indonesia semakin menyempit menjadi 236 basis poin, setelah sebelumnya berada di kisaran 244 basis poin dan sempat mencapai 250 basis poin.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.