BeritaInvestor.id – Mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah menguatnya ekonomi AS dan indeks dolar AS (DXY).
Pelemahan Terparah Rupiah dan Won Korea Selatan
Menurut Refinitiv, mata uang Asia yang mengalami pelemahan terparah adalah rupiah dengan penurunan 0,59% dan won Korea Selatan sebesar 0,55%.
Penguatan Yen Jepang
Di sisi lain, yen Jepang justru mengalami penguatan sebesar 0,34%.
Penurunan Pasca Serangan Balik Israel ke Iran
Mata uang Asia melemah secara bersamaan setelah Israel dikabarkan melancarkan serangan balasan terhadap Iran pada Jumat (19/4/2024) dini hari.
Serangan Balasan dan Aktivasi Sistem Pertahanan Udara Iran
Israel meluncurkan rudal sebagai balasan atas serangan Iran pada Sabtu lalu, di mana Iran mengirimkan lebih dari 300 drone dan rudal tanpa awak ke berbagai target di Israel.
Serangan balasan Israel ini direspons dengan aktivasi sistem pertahanan udara Iran di beberapa kota, termasuk ledakan yang terdengar di dekat pusat kota Isfahan.
Pergeseran Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Pelemahan mata uang Asia juga dipicu oleh pergeseran ekspektasi pelaku pasar terkait pemangkasan suku bunga The Fed.
Awalnya, pasar memproyeksikan pemangkasan suku bunga pada Maret 2024, kemudian bergeser ke April, dan hingga saat ini diprediksikan baru akan terjadi pada September 2024, atau bahkan hanya sekali pada akhir tahun.
Alasan Pergeseran Ekspektasi
Pergeseran ekspektasi ini terjadi karena data menunjukkan bahwa ekonomi AS masih kuat.
Chairman The Fed Jerome Powell pun mengindikasikan bahwa tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.
Inflasi AS Melonjak
Inflasi AS sendiri melonjak 3,5% (year on year/yoy) pada Maret 2024, dibandingkan 3,2% pada Februari 2024.
Tanggapan Pemerintah Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemerintah akan terus memonitor nilai tukar rupiah dan tidak perlu khawatir karena Cadangan Devisa (Cadev) Bank Indonesia masih besar.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS) Destry Damayanti meyakini bahwa fundamental ekonomi domestik tidak bermasalah dan BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5%.
Inflasi juga diyakini akan terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%, dengan realisasi 0,52% (month to month/mtm) pada Maret 2024, sehingga secara tahunan menjadi 3,05% (yoy).
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor