BeritaInvestor.id – Rupiah menguat seiring dengan rebound pasar global setelah Presiden AS Donald Trump menunda tarif resiprokal selama 90 hari. Mata uang Indonesia ditutup di level Rp16.800/US$, sementara IHSG melonjak lebih dari 4% terutama karena kinerja saham-saham besar seperti BREN dan GOTO. Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap berhati-hati menyikapi risiko fluktuasi ekonomi.
Rupiah Menguat di Tengah Optimisme Global
Rupiah naik 0,39% hari ini (Rp16.800/US$), mengikuti tren penguatan mata uang Asia lainnya. Kurs JISDOR Bank Indonesia juga membaik sebesar 0,97%, sementara rupiah NDF (Non-Deliverable Forward) tetap di level Rp16.928/US$. Pergerakan ini dipicu oleh kebijakan Presiden Trump yang memulihkan nafas lega pasar internasional.
IHSG Meroket 4,79%, Saham Big Caps Jadi Pemicu Utama
Pasar saham domestik terangkat oleh kinerja positif saham-saham besar seperti BMRI, BBRI, dan BBCA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.254,02, mencatatkan kenaikan terbesar dalam beberapa pekan.
Surat Utang Negara (SUN) Catat Penurunan Imbal Hasil
Di pasar obligasi, harga SUN meningkat seiring penurunan imbal hasil. Tenor 10 tahun turun 9,4 basis poin ke level 7,027%, sementara tenor 5 tahun anjlok 8,8 bps. Hal ini menunjukkan optimisme pasar terhadap stabilitas ekonomi.
Sri Mulyani: Fokus pada Efisiensi dan Ketahanan Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan potensi penurunan pertumbuhan PDB sebesar 0,3%–0,5% jika tarif AS diberlakukan. Ia menegaskan Indonesia akan menggunakan waktu 90 hari untuk merumuskan strategi bersama ASEAN guna meminimalisir risiko. ‘Kami harus terus hemat anggaran dan fokus pada efektivitas pembelanjaan’, tegasnya.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.