BeritaInvestor.id – Rupiah kembali dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa (26/3/2024). Rupiah kini berada di level Rp 15.800 per US$, semakin mendekati angka Rp 16.000 per US$.
Analisis Pelemahan Rupiah
Pelemahan rupiah terjadi meskipun indeks dolar AS (DXY) cenderung melemah. Indeks DXY turun 0,28% ke posisi 104,186.
Beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah antara lain:
- Inflasi AS yang Tinggi: Inflasi AS secara tahunan melonjak 3,2% untuk periode Februari 2024, di atas konsensus pasar sebesar 3,1%. Hal ini mengindikasikan bahwa target The Fed untuk menurunkan inflasi ke level 2% semakin sulit tercapai.
- Kebijakan The Fed: Potensi pemangkasan suku bunga The Fed ke depan menjadi kecil karena fokus The Fed saat ini adalah menurunkan inflasi. Hal ini menyebabkan dolar AS tetap berada di level yang tinggi dan menekan rupiah.
- Faktor Domestik:
- Musim repatriasi dividen dan pembayaran utang luar negeri yang terjadi setiap April-Mei.
- Persiapan lebaran yang meningkatkan impor.
- Aliran dana keluar dari pasar obligasi Indonesia, dengan net sell mencapai Rp 8,2 triliun pada 18-21 Maret.
Dampak dan Prospek
Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, mengatakan bahwa pelemahan rupiah ini dapat diatasi dengan intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing.
Namun, Satria juga mengingatkan bahwa pelemahan rupiah lebih lanjut tidak boleh diabaikan jika imbal hasil US Treasury terus naik, karena dapat memicu lebih banyak arus keluar dari pasar obligasi Indonesia.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor