BeritaInvestor.id – Rumor merger antara Grab Indonesia dan GoTo (perusahaan induk Gojek) menjadi sorotan publik. Ekonom senior Awalil Rizky dari Bright Institute memperingatkan risiko dominasi modal asing di sektor strategis jika merger ini terwujud. Menurutnya, Grab—bermarkas di Singapura dan mayoritas modal asing—akan semakin menguasai ekosistem transportasi dan UMKM Indonesia jika bergabung dengan GoTo, perusahaan lokal yang sahamnya tercatat di BEI (kode GOTO).
Risiko Dominasi Modal Asing
Grab didirikan di Malaysia oleh pemodal luar negeri dan mayoritas pengendali bisnisnya berasal dari luar Indonesia. Awalil menekankan, merger ini bisa memperlemah pelaku usaha dalam negeri karena sektor on-demand services kini melibatkan puluhan juta mitra driver dan UMKM. ‘Kondisi investasi Indonesia akan terganggu jika asing makin mendominasi sektor super strategis,’ katanya.
Pemerintah Diminta Intervensi
Awalil meminta pemerintah mengawal merger ini agar tetap melindungi kepentingan pelaku usaha lokal. Ia menyebut, Grab pernah mencari pinjaman US$2 miliar (setara Rp33 triliun) pada Maret 2025 untuk membiayai rencana akuisisi. ‘Negara harus hadir karena isu ini berdampak pada perlindungan industri nasional,’ tambahnya.
Konstelasi Saham dan Struktur Perusahaan
Saat ini, saham GoTo terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara Grab Holdings listed di Nasdaq AS. Kedua perusahaan beroperasi di bidang layanan on-demand yang sama, sehingga merger bisa mengubah peta persaingan secara signifikan.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.