BeritaInvestor.id – Emas kerap dipandang sebagai investasi aman, tetapi tidak semua risikonya tersadari. Artikel ini mengulas ancaman tersembunyi di balik kilau logam mulia tersebut dan tips untuk mengelolanya.
Risiko Volatilitas Harga Emas
Harga emas bisa naik atau turun drastis karena faktor seperti kenaikan suku bunga global, ketidakstabilan geopolitik, dan kebijakan bank sentral. Contohnya: jika Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan (FED), investor lebih memilih obligasi daripada emas yang tidak memberi bunga rutin.
Emas Tak Menghasilkan Cashflow
Berbeda dengan saham atau properti, emas hanya memberi keuntungan jika dijual saat harganya naik. Tanpa pendapatan tetap seperti dividen, instrumen ini kurang cocok bagi yang mencari penghasilan pasif.
Risiko Fisik dan Biaya Penyimpanan
Simpanan emas fisik (batangan atau perhiasan) berpotensi dicuri atau rusak. Layanan safe deposit box di bank memang aman, tetapi biayanya bisa menggerogoti keuntungan jangka panjang.
Liquidity Tidak Selalu Cepat
Meski emas likuid, menjualnya di pasar gelap atau saat volatilitas tinggi mungkin memaksa Anda terima harga lebih rendah. Contoh: perhiasan kadang dijual dengan diskon 20% karena biaya pemurnian.
Risiko Keaslian dan Spread Tinggi
Emas palsu atau kadar rendah bisa merugikan jika beli dari penjual tidak terpercaya. Selain itu, spread antara harga beli/jual di ritel bisa mencapai 10%–15%, yang berbahaya bagi transaksi jangka pendek.
Investasi Emas Lebih Cocok Jangka Panjang
Karena fluktuasi harian, emas disarankan untuk target investasi minimal 3-5 tahun. Untuk kebutuhan dana mendesak, instrumen seperti reksa dana mungkin lebih fleksibel.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.