BeritaInvestor.id – Rupiah kembali tertekan di awal pekan ini akibat penguatan dolar AS yang terus menunjukkan dominasinya di pasar global. Indeks dolar AS (DXY) mencatatkan kenaikan hingga menyentuh level tertinggi 110,11 pada perdagangan Senin (13/1/2025), sebelum ditutup sedikit melemah di 109,95. Level ini merupakan puncak tertinggi sejak November 2022.
Penguatan dolar AS secara global telah melibas berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah. Pada penutupan pasar offshore forward, rupiah tercatat melemah di Rp16.348/US$, semakin menambah tekanan bagi mata uang Garuda.
Dampak Rencana Tarif Impor Trump
Bloomberg melaporkan bahwa tim Presiden AS Donald Trump tengah menyusun rencana pengenaan tarif impor bertahap. Laporan ini sedikit membawa sentimen positif bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Meski demikian, para analis masih memandang tekanan terhadap rupiah tetap sulit dihindari, mengingat kuatnya posisi dolar di pasar global.
Rencana tarif ini bertujuan meningkatkan daya tawar Amerika tanpa memicu lonjakan inflasi. Gagasan ini mencakup kenaikan tarif impor secara bertahap, yakni antara 2%-5% per bulan. Namun, proposal ini masih dalam tahap awal dan belum disampaikan secara resmi kepada Presiden Trump.
Tekanan pada Pasar Domestik
Gejolak pasar global turut memengaruhi pasar keuangan domestik. Investor asing tercatat terus menarik modal dari pasar surat utang dan saham Indonesia. Pada 10 Januari, arus keluar asing dari pasar surat utang mencapai US$63,8 juta, sedangkan pada pasar saham, asing melepas US$23,5 juta.
Lonjakan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun mendekati 7,30% juga menjadi indikator meningkatnya risiko di pasar keuangan Indonesia. Selisih imbal hasil SUN dengan obligasi AS yang terus menyempit semakin memperlemah daya tarik instrumen pendapatan tetap domestik.
Prediksi Goldman Sachs
Goldman Sachs memproyeksikan dolar AS akan terus menguat hingga 5% ke depan, didorong oleh ketangguhan ekonomi AS dan rencana tarif impor Trump. Penguatan ini memberikan dorongan pada imbal hasil Treasury AS, di mana tenor 10 tahun berada di level 4,76%, sedangkan tenor 2 tahun mencapai 4,37%.
Analisis Teknikal Rupiah
Secara teknikal, rupiah masih berada dalam tekanan dengan level support di Rp16.300/US$ dan Rp16.350/US$. Jika level ini tertembus, rupiah berpotensi tertekan lebih dalam ke Rp16.400/US$. Di sisi lain, peluang penguatan rupiah akan menghadapi resistance di Rp16.250/US$ dan Rp16.220/US$. Penguatan lanjutan mungkin terjadi dengan target optimis di Rp16.200/US$, meskipun peluang ini dinilai terbatas.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor