Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Timah Tbk (TINS) berencana untuk mengejar target produksi solder dan Chemical. Untuk mencapai tujuan tersebut, perseroan telah menyiapkan capital expenditure (capex) sebesar Rp950 miliar pada tahun 2023.
Sekretaris Perusahaan Timah, Abdullah Umar Baswedan, menjelaskan bahwa capex pada tahun 2023 akan digunakan untuk biaya perawatan (maintenance) alat berat. Tujuannya adalah untuk memperkuat alat-alat produksi serta meningkatkan kapasitas pabrik untuk produksi solder dan chemical.
“Alokasi capex ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai Rp2 triliun,” ujar Abdullah Umar setelah konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Timah pada Kamis (15/6/2023).
Selama periode tersebut, perusahaan dengan kode emiten TINS ini berhasil mencatat pendapatan sebesar Rp12,50 triliun, dengan penurunan beban pokok pendapatan sebesar 11% dan beban usaha sebesar 6%.
[tv-chart symbol=”IDX:TINS” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
TINS juga berhasil memproduksi bijih timah sebanyak 20.079 ton dan logam timah sebanyak 19.825 metrik ton pada tahun 2022, serta menjual logam timah sebanyak 20.805 metrik ton.
Pada akhir tahun 2022, nilai aset Perseroan mencapai Rp13,07 triliun, sementara liabilitas sebesar Rp6,03 triliun, mengalami penurunan sebesar 28% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2021 yang mencapai Rp8,38 triliun, terutama karena berkurangnya pinjaman jangka pendek.
Dengan kinerja yang baik tersebut, Perseroan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,04 triliun, melebihi target yang ditentukan.
Abdullah Umar, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk (TINS), menjelaskan bahwa pencapaian tersebut tidak terlepas dari upaya Perseroan dalam beradaptasi dengan bisnis pertambangan yang dinamis. Selain itu, upaya efisiensi di seluruh rantai bisnis, penurunan hutang berbunga, dan peningkatan kinerja anak usaha segmen non-pertambangan juga turut mendorong hasil positif ini.