BeritaInvestor.id – Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) optimis terhadap pertumbuhan perusahaan menjelang 2025, didorong oleh peningkatan kapasitas pabrik yang solid. Rini Dwiyanti, Direktur Utama SBMA, menyatakan, “Produk unggulan kami seperti gas medis, gas spesial, dan layanan uji kebocoran siap menjadi pendorong pertumbuhan. Kami melihat potensi besar dalam sektor jasa ini untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dengan keterampilan tim teknis yang handal.”
Perusahaan menargetkan investasi dalam tiga aspek kunci pada 2025: pengembangan pasar, diversifikasi produk, dan penguatan sumber daya manusia. Kawasan Kalimantan Selatan dan Tengah diutamakan untuk mendukung rencana pemerintah dalam mengembangkan sektor minyak dan gas, mining, dan medis, yang mempunyai prospek pertumbuhan substansial.
Menurut Wisnu Prambudi, Kepala Riset di FAC Sekuritas Indonesia, SBMA telah menunjukkan pertumbuhan yang baik sejak pencatatan saham perdananya pada 8 September 2021. Pertumbuhan tersebut tercermin dalam peningkatan aset secara konsisten sejak kuartal III-2021 hingga III-2024, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 6,7 persen. Dimensi keuangan lainnya menunjukkan bahwa ekuitas tumbuh rata-rata 8,33 persen per tahun, pendapatan tumbuh 21 persen, dan laba bersih tumbuh 22 persen per tahun.
Wisnu mencatat bahwa nilai buku per saham SBMA adalah Rp241, sementara harga pasar saat ini hanya Rp118, menunjukkan bahwa saham SBMA masih undervalued dan memiliki potensi penguatan hingga 104 persen. Bahkan jika terjadi diskon 30 persen dari nilai buku, potensi kenaikan di level Rp169 masih menarik dengan kemungkinan pertumbuhan 43 persen.
Dalam hal rasio utang terhadap ekuitas (DER), SBMA terdeteksi memiliki rasio sebesar 0,19 persen, yang terbilang rendah. Selain itu, tingkat pengembalian aset (ROA) SBMA selama tiga tahun terakhir juga menunjukkan tren peningkatan yang konsisten.
Hendra Wardana, pendiri Stocknow.id, mengekspresikan keyakinan serupa. Ia mencatat bahwa SBMA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp9,7 miliar pada kuartal III-2024, melonjak 106,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Posisi Kalimantan, terutama dengan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan perkembangan industri smelter, memberikan keuntungan strategis bagi SBMA. Fokus perusahaan pada pasar domestik tetap menjadi kekuatan, meski harga gas internasional mengalami kenaikan. SBMA beroperasi sebagai produsen gas industri termasuk asetilena, oksigen, nitrogen, dan argon, yang bergantung pada pasokan bahan baku dan energi. Peningkatan harga gas global, terutama LPG dan LNG, dapat meningkatkan biaya produksi dan berpotensi mengurangi margin keuntungan. Namun, prospek pertumbuhan industri di Kalimantan diharapkan dapat mendukung stabilitas bisnis perusahaan di masa depan.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.