BeritaInvestor.id – Industri perunggasan Indonesia terus mengalami perkembangan dengan pemain utama yang dapat dibagi menjadi dua kelompok: pemain terintegrasi seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), serta peternak mandiri.
Pemain terintegrasi, seperti CPIN, JPFA, dan MAIN, mengendalikan seluruh rantai produksinya, termasuk pakan, day old chicks (DOC), ayam pedaging, hingga produk olahan. Seiring waktu, lebih dari 60% pendapatan pemain terintegrasi berasal dari segmen pakan dan ayam pedaging.
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Andreas Saragih, laba operasional pemain terintegrasi, terutama dari segmen pakan, memainkan peran kunci. Kontribusi segmen pakan mencapai lebih dari 50%, dengan margin laba usaha yang relatif stabil selama lima tahun terakhir, berkisar antara 12% hingga 28%.
Mirae Asset mengambil langkah proaktif dengan menaikkan peringkat sektor poultry menjadi overweight, diantisipasi kenaikan harga DOC dan broiler pada tahun 2024. Peningkatan ini didukung oleh perbaikan daya beli segmen menengah ke bawah, dampak positif pada tingkat kelebihan pasokan, dan analisis harga historis.
Dalam konteks ini, Mirae Asset mempertahankan rekomendasi buy untuk saham CPIN sebagai pilihan utama, dengan target harga Rp 6.150. Selain itu, saham JPFA juga mendapat rekomendasi buy, dengan target harga Rp 1.380.
Dengan harga penutupan perdagangan terakhir, potensi cuan saham CPIN mencapai 36%, sementara JPFA memiliki potensi cuan sebesar 28%. Namun, analis mengingatkan terhadap risiko yang mungkin dihadapi, termasuk penurunan harga DOC dan ayam broiler, pelemahan daya beli yang dapat mempengaruhi permintaan, serta kenaikan harga bungkil kedelai (SBM) dan jagung.
Pemain di sektor poultry harus tetap waspada terhadap dinamika pasar dan faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi kinerja industri dalam waktu ke depan.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor