BeritaInvestor.id – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange mengalami penguatan di sesi awal perdagangan Jumat (29/9/2023) setelah libur Maulid Nabi Muhammad SAW. Menurut data dari Refinitiv, harga CPO pada awal perdagangan menguat sebesar 0,15%, mencapai MYR 3.776 per ton pada pukul 10:10 WIB. Penguatan ini membawa harga CPO kembali ke level psikologis 3.700, melanjutkan tren positif dari perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (27/9/2023), harga CPO mencatat kenaikan sebesar 2,14% dan berakhir di level MYR 3.771 per ton. Dalam tiga hari perdagangan pekan ini, harga CPO telah mengalami peningkatan sebesar 2,44%, sehingga berhasil memotong koreksi bulanan menjadi 5,96%. Namun, secara tahunan, harga CPO masih mengalami koreksi tajam sebesar 9,66%.
Dalam beberapa waktu terakhir, harga CPO terpantau fluktuatif, berada di kisaran level MYR 3.700-3.800, dan bahkan sempat turun ke level 3.600. Harga CPO dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk data ekspor, persediaan, pergerakan nilai tukar ringgit, serta harga minyak nabati pesaingnya.
Pada tahun 2024, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memproyeksikan kenaikan harga rata-rata CPO sekitar 11% dibandingkan dengan tahun ini. Proyeksi ini didasarkan pada ekspektasi bahwa pola cuaca El Nino akan mengurangi produksi minyak kelapa sawit di Indonesia, salah satu produsen terbesar di dunia. Fadhil Hasan, kepala divisi urusan luar negeri GAPKI, menyatakan bahwa harga CPO pada tahun 2024, termasuk biaya, pengangkutan, dan asuransi (CIF Rotterdam), dapat mencapai sekitar US$ 1.000 per metrik ton, naik dari sekitar US$ 900 pada tahun ini.
Kurangnya pasokan minyak kelapa sawit dan dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap minyak nabati pesaing, seperti minyak bunga matahari, akan menjadi faktor pendukung kenaikan harga minyak sawit. Minyak kelapa sawit, yang digunakan dalam berbagai produk mulai dari makanan hingga produk perawatan pribadi, bersaing dengan minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak lobak-canola, yang sebagian besar diproduksi oleh negara seperti Argentina, Brasil, Rusia, Ukraina, dan Kanada.
Produksi CPO Indonesia diperkirakan akan meningkat sekitar 1 juta ton pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 46,7 juta ton. Namun, proyeksi produksi pada tahun 2024 sangat tergantung pada intensitas pola cuaca El Nino. El Nino, yang merupakan pemanasan perairan Pasifik, dapat menyebabkan kondisi kering di Asia, mempengaruhi hasil produksi tanaman seperti kelapa sawit, beras, dan gandum.
Meskipun El Nino dapat mengurangi curah hujan di Indonesia, dampaknya tidak begitu signifikan di Malaysia, yang merupakan produsen terbesar kedua di dunia. Direktur Jenderal regulator Malaysia, Ahmad Parveez Ghulam Kadir, mengungkapkan bahwa produksi di Malaysia pada tahun 2024 diperkirakan akan meningkat, dibandingkan dengan tahun ini, karena ketersediaan tenaga kerja yang lebih baik dan beberapa area baru yang akan mulai menghasilkan.
Meskipun demikian, stok akhir tahun di Malaysia diperkirakan akan tetap mendekati 2,2 juta ton, sementara ekspor diperkirakan akan meningkat menjadi 16,3 juta ton pada tahun 2023, dibandingkan dengan 15,7 juta ton tahun sebelumnya.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.