BeritaInvestor.id – Ekonom dari DBS Group Research memprediksi bahwa **pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025** hanya akan mencapai **5,1% secara tahunan**. Angka ini sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan **5,03%** yang tercatat pada 2024, namun di bawah target **5,2%** yang ditetapkan dalam **Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025**. Proyeksi ini disampaikan oleh Senior Economist DBS Bank, Radhika Rao, yang mencatat beberapa faktor kunci.
Faktor Efisiensi Anggaran
Pertama, kebijakan **efisiensi anggaran sebesar Rp306,69 triliun** yang dikeluarkan berdasarkan **Instruksi Presiden** mengakibatkan dampak negatif pada kepercayaan dan partisipasi sektor swasta dalam proyek-proyek di Indonesia. Rao juga menyampaikan bahwa aktivitas politik menjelang pemilu pada paruh pertama 2024 akan menambah kesulitan dalam pertumbuhan ekonomi.
Perdagangan dan Surplus
Sementara itu, perdagangan Indonesia diprediksi menghadapi surplus yang lebih kecil karena pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Pada Januari 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus **US$3,45 miliar**, yang meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Di sisi lain, keberadaan kebijakan pemerintah yang mendukung **kesejahteraan** dan **kenaikan upah minimum** diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi. Namun, diperkirakan pertumbuhan ini akan lebih kuat pada paruh kedua tahun 2025.
Inflasi dan Rencana Kebijakan
Dalam laporan tersebut, Rao juga menyebutkan bahwa inflasi di Indonesia pada bulan Februari 2025 turun **0,1%** tahunan, menjadi angka negatif pertama dalam lebih dari 20 tahun. Hal ini berkaitan dengan diskon tarif listrik yang berakhir pada bulan lalu. DBS Group Research memperkirakan inflasi akan kembali ke kisaran target di paruh kedua tahun ini.
Kendati ada kebijakan kenaikan **tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)** terbatas pada barang mewah, beberapa faktor seperti harga **rokok**, **transportasi**, dan **minyak non-subsidi** bisa meningkatkan inflasi. Perkiraan inflasi tahunan juga direvisi menjadi **1,2%** dari sebelumnya **2,2%**. Radhika Rao menekankan pentingnya penurunan suku bunga, meskipun nilai tukar **rupiah** masih rentan.
Prospek Fiskal Indonesia
Defisit fiskal Indonesia diprediksi akan **menurun menjadi 2,3% dari PDB** pada 2024, didorong oleh peningkatan pendapatan dan pengeluaran. Untuk 2025, diperkirakan defisit akan mencapai **2,5%**, terfokus pada pendapatan dari program kesejahteraan. Namun, rencana kenaikan tarif PPN yang ditunda membuat potensi pendapatan tambahan menurun drastis. Hal ini menimbulkan tantangan bagi pemerintah dalam mengumpulkan pajak dan menjaga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.
Ruang untuk mengatasi risiko baru melibatkan langkah-langkah kesejahteraan yang diambil oleh pemerintah dan transparansi dalam pembiayaan program tersebut. Dalam pengumuman diharapkan, Badan Pengelola Investasi dan penyaluran investasi senilai **US$20 miliar** perlu penjelasan lebih lanjut untuk menjamin akuntabilitas pengeluaran.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.