BeritaInvestor.id – Analis memperkirakan industri ban Indonesia akan menghadapi tantangan dan peluang dalam 2025. Dua emiten utama, PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) dan Gajah Tunggal Tbk (GJTL), menunjukkan kinerja beragam pada 2024. Meski permintaan domestik tetap kuat, tekanan biaya bahan baku, volatilitas kurs rupiah, serta gejolak global menjadi risiko utama.
Pemulihan MASA Terhambat Biaya Operasional
MASA mencatat penurunan laba bersih drastis sebesar 53,68%, turun ke US$34,89 juta. Penjualan anjlok 13,79% menjadi US$421,44 juta, sementara beban umum dan administrasi melonjak ke US$68,2 juta. Perusahaan juga rugi karena penurunan nilai aset tetap, meski utang berhasil dikurangi 40%.
GJTL Lesu di Laba Bersih
Sementara itu, GJTL hanya mampu naikkan laba bersih 0,85%, stabil di Rp1,19 triliun. Meski penjualan naik 6%, beban pokok penjualan membengkak hingga Rp14,15 triliun. Kenaikan biaya keuangan dan kerugian selisih kurs US$34,8 miliar turut membebani.
Prospek 2025: Peluang Ekspor vs Risiko Global
Senior Vice President HPAM Reza Fahmi Riawan menyoroti potensi ekspor ke AS dan Eropa sebagai pemicu pertumbuhan. Namun, volatilitas kurs rupiah (USD/IDR), gejolak harga karet, serta proteksionisme negara tujuan tetap mengancam margin laba.
Reza juga menyebut tren kendaraan listrik membuka peluang ban spesialisasi. Namun, hal ini membutuhkan investasi besar dan adaptasi jangka panjang.
Strategi Investasi: Selektif & Diversifikasi
Analisis fundamental perusahaan menjadi kunci untuk menilai ketahanan. Reza merekomendasikan strategi bottom-up pada emiten berkinerja sehat, serta diversifikasi portofolio menghadapi volatilitas pasar.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.