BeritaInvestor.id – Kinerja rupiah masih ‘merah’ pekan lalu, tetapi ada harapan untuk perbaikan pekan ini. Sentimen positif datang dari Tiongkok, yang akan menerapkan kebijakan untuk mendukung pemulihan, seperti stabilisasi pasar saham dan real estate, peningkatan upah, serta insentif untuk kelahiran. Ini diharapkan dapat menguntungkan aset di emerging Asia, termasuk rupiah.
Penguatan Mata Uang Asia
Di pembukaan pasar Asia, rata-rata mata uang Asia mengalami penguatan. Ringgit, won, dan yuan offshore memimpin penguatan ini. Meskipun indeks dolar AS menguat sedikit 0,04% ke level 103,74, hal ini tidak menghalangi kenaikan nilai mata uang regional. Namun, yen Jepang dan dolar Hong Kong terlihat tertekan.
Pergerakan Nilai Rupiah
Rupiah forward dibuka sedikit melemah di Rp16.360 per dolar AS, namun bergerak di sekitar Rp16.358, tak jauh dari penutupan pekan lalu di Rp16.350. Ini menunjukkan adanya peluang penguatan, meski ada risiko dari arus jual modal asing yang mungkin terus berlanjut. Laporan dari Bank Indonesia menyatakan bahwa investor asing menjual neto Rp10,15 triliun pada periode 10-13 Maret 2025.
Dampak Penjualan Asing terhadap Market Cap
Penjualan asing di pasar saham pekan lalu mengakibatkan kapitalisasi pasar turun menjadi Rp11.235 triliun, dari sebelumnya Rp11.450 triliun. Artinya, market cap IHSG turun sekitar Rp215 triliun dalam sepekan.
Tingkat Support dan Resistance Rupiah
Teknikally, rupiah memiliki level support di Rp16.380 per dolar AS. Jika tekanan pelemahan berlanjut, bisa menembus ke level Rp16.400. Jikapun ini terjadi, potensi pelemahan lebih lanjut dapat mengarah ke Rp16.450 hingga Rp16.500. Sebaliknya, jika rupiah menguat, resistance mungkin berada di kisaran Rp16.300 hingga Rp16.200.
Perhatian pada Kebijakan Bank Sentral
Minggu ini, akan ada pertemuan bank sentral di banyak negara, termasuk Bank Indonesia, yang akan membahas kebijakan bunga acuan. Berdasarkan survei hingga Senin pagi, para analis memperkirakan BI rate akan berada di median 5,75%. Menahan BI rate dapat menarik minat investasi di tengah ketidakpastian global, sementara Federal Reserve AS juga diprediksi akan mempertahankan suku bunga saat ini, dengan kemungkinan pemotongan baru terjadi di bulan Juni.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.