BeritaInvestor.id – Di awal tahun 2025, kondisi ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat masih lesu. Hal ini disebabkan oleh penurunan penghasilan banyak orang, akibat dari tingginya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tahun lalu. Kelemahan nilai tukar rupiah juga mempengaruhi harga barang-barang impor. Meski secara umum inflasi Indeks Harga Konsumen terbilang rendah, beban pembayaran utang membuat daya beli masyarakat semakin tertekan.
Tantangan Menjelang Musim Perayaan
Menjelang musim perayaan, tantangan kenaikan harga barang semakin terasa. Kenaikan ini, ditambah dengan melemahnya penghasilan, berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini. Kebijakan pengurangan anggaran di berbagai Kementerian dan Pemerintah Daerah menimbulkan kekhawatiran dampak yang lebih lama bagi konsumsi rumah tangga yang belum pulih dari pandemi.
Peluang di Tengah Kesulitan
Meskipun ada banyak tantangan domestik, sektor manufaktur mulai menunjukkan tanda pemulihan. Pada awal tahun, terjadi peningkatan rekrutmen tenaga kerja, yang merupakan yang tercepat dalam 2,5 tahun terakhir. Jika tren ini terus berlanjut, dapat membuka lebih banyak lapangan kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kondisi Rupiah dan Cadangan Devisa
Sejak awal tahun, rupiah melemah 1,53%, mencatat level terendah di Rp16.435/US$ pada 3 Februari. Dalam setahun terakhir, rupiah sudah kehilangan 4,64% nilainya. Meski begitu, cadangan devisa Indonesia di akhir Januari mencapai US$ 156,1 miliar, naik US$ 400 juta dari akhir tahun lalu.
Kebijakan BI dan Proyeksi Pertumbuhan
Bank Indonesia mengejutkan pasar dengan memangkas BI Rate menjadi 5,75% pada Januari. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan bahwa kebijakan baru ini bertujuan mendukung visi Pemerintah. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini juga direvisi turun menjadi 4,7%-5,5%.
Inflasi dan Konsumsi
Pada Januari, Indonesia mencatat inflasi -0,76% month-to-month, merupakan deflasi terendah sejak 1998. Namun, inflasi inti, yang menjadi indikator daya beli, meningkat menjadi 2,36% year-on-year. Lonjakan ini didorong oleh harga emas dan kopi yang menanjak di pasar global.
Peningkatan Pengangguran
Berdasarkan data terbaru, jumlah setengah penganggur di Agustus 2024 meningkat menjadi 11,56 juta orang, angka tertinggi sejak pandemi. Penurunan rasio utang dan tabungan serta penurunan keyakinan konsumen menunjukkan kondisi keuangan masyarakat yang semakin memburuk.
Kinerja Penjualan dan Aktivitas Manufaktur
Penjualan ritel diperkirakan menurun -4,8% month-to-month pada Januari. Namun, aktivitas manufaktur, yang diukur melalui Purchasing Managers’ Index (PMI), mencapai 51,9, menandakan fase ekspansi. Kualitas pemesanan baru dan penambahan tenaga kerja menunjukkan pergerakan positif.
Pasar Modal dan Investasi Asing
Arus keluar modal asing dari pasar saham mencapai Rp9,11 triliun sepanjang tahun ini, dengan IHSG turun 7%. Namun, investasi asing di pasar obligasi menunjukkan net buy sebesar Rp2,53 triliun pada Januari, yang paling tinggi sejak Juni 2024.
Disclaimer: Keputusan pembelian / penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.