BeritaInvestor.id – Harga minyak dunia terpantau bergerak tertekan pada Selasa pagi (10/10/2023) akibat sejumlah sentimen negatif yang mempengaruhi pasar minyak. Beberapa faktor yang membebani harga minyak meliputi komentar dari Goldman Sachs, potensi masalah pembayaran hutang oleh pengembang properti terbesar di China, serta kemungkinan penambahan pasokan minyak dari Venezuela ke pasar minyak global.
Goldman Sachs, sebagai salah satu perusahaan perbankan investasi global terkemuka, pada hari Senin memberikan komentar yang meredam kekhawatiran pasar. Mereka menyatakan bahwa serangan Hamas yang terjadi pekan lalu tidak berdampak signifikan pada produksi minyak global saat ini. Hal ini juga kemungkinan besar tidak akan berpengaruh besar terhadap keseimbangan pasokan dan permintaan jangka pendek serta persediaan minyak jangka pendek, yang biasanya menjadi faktor utama yang memengaruhi harga minyak.
Namun, komentar Goldman Sachs ini berhasil meredam kekhawatiran sebelumnya di pasar yang memperkirakan akan ada penurunan pasokan dari Iran, yang dikenal sebagai pendukung utama Hamas. Iran selama ini telah mendanai dan mempersenjatai kelompok Hamas dan organisasi militan Palestina lainnya.
Selain itu, pergerakan harga minyak juga dipengaruhi oleh berita bahwa Country Garden Holdings China menyatakan kemungkinan kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran luar negeri mereka. Ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi di China belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, bahkan ada potensi perlambatan jika tekanan di sektor properti terus berlanjut.
Sentimen negatif lainnya datang dari berita pertemuan antara Venezuela dan AS yang telah mencapai kemajuan dalam perundingan. Salah satu poin perundingan adalah memberikan keringanan sanksi terhadap Caracas dengan izin kepada setidaknya satu perusahaan minyak asing tambahan untuk mengambil minyak mentah Venezuela sebagai pembayaran utang. Hal ini terjadi jika Presiden Nicolas Maduro melanjutkan perundingan dengan oposisi di Meksiko.
Di sisi lain, dalam laporan Outlook Minyak Global 2023 yang dirilis pada Senin (9/10/2023), OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) memperkirakan permintaan minyak akan lebih tinggi daripada perkiraan sebelum pandemi. Permintaan minyak dunia hingga tahun 2045 diperkirakan mencapai 116 juta barel per hari, naik dari perkiraan tahun 2022.
OPEC juga mencatat bahwa permintaan jangka menengah hingga tahun 2028 diperkirakan akan mencapai 109 juta barel per hari dan 110,2 juta barel per hari, meskipun ada hambatan ekonomi seperti kenaikan suku bunga. Untuk memenuhi permintaan ini, diperlukan investasi sebesar $14 triliun hingga tahun 2045, termasuk penggunaan bahan bakar terbarukan dan mobil listrik yang semakin meningkat.
Secara teknis, harga minyak berpotensi mencapai posisi resistance terdekat di level US$ 88 per barel. Namun, jika terdapat katalis negatif, harga bisa turun ke support terdekat di level US$ 84 per barel, demikian menurut analisis Tim Research and Development ICDX.
Disclaimer : Artikel ini hanya bersifat informasional dan tidak mengandung rekomendasi investasi.