BeritaInvestor.id – PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk. (NSSS) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sejak tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 40,9%, dan memiliki usia rata-rata yang masih muda, yaitu hanya 8 tahun, yang merupakan salah satu yang terendah dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya yang terdaftar. Dalam kunjungan kami ke Kalimantan Tengah, kami secara khusus melihat perkembangan pembangunan pabrik CPO kedua, yang dapat menjadi perubahan game untuk membuka potensi pendapatan. Meskipun harga CPO yang kembali normal pada kuartal pertama 2023, manajemen memperkirakan adanya peningkatan profitabilitas pada tahun fiskal 2023 dengan hadirnya pabrik baru yang akan beroperasi pada kuartal keempat tahun 2023. NSSS mungkin menjadi pilihan yang cukup berpotensi sebagai proxy pertumbuhan di industri perkebunan Indonesia, meskipun menghadapi lingkungan harga CPO yang menantang.
Ruangan yang Cukup Luas untuk Pertumbuhan Lebih Lanjut. Terdiri dari lima perusahaan perkebunan terintegrasi hulu, NSSS telah mengalami pertumbuhan yang pesat sejak 2009 dengan luas tanam sebesar 27,3 ribu hektar dari total lahan sebesar 46 ribu hektar di Kalimantan Tengah (59% ditanam, 3,8% plasma, 70% bersertifikat ISPO). Rekor penanaman ini sangat cepat dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 40,9% sejak 2009, dengan usia rata-rata 8 tahun, yang merupakan salah satu yang terendah dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya yang terdaftar. Saat ini, NSSS mengoperasikan satu pabrik yang digunakan secara penuh untuk memproduksi CPO dan PK dengan kandungan asam lemak bebas (FFA) kurang dari 3%, dilengkapi dengan pipa langsung menuju terminal khusus yang terhubung dengan kapal tangki pembeli utama (Sinarmas). Hal ini mengeliminasi pengiriman darat dan memberikan keuntungan nol untuk pelanggan.
[tv-chart symbol=”IDX:NSSS” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”1″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Capex sebesar IDR 133 miliar telah digunakan untuk pengembangan pabrik CPO kedua, yang diperkirakan selesai pada awal kuartal keempat tahun 2023. Manajemen memperkirakan produksi CPO akan meningkat dua kali lipat setelah pabrik baru beroperasi dengan kapasitas 60 ton TBS/jam. Dana IPO sebesar IDR 453 miliar memberikan kesempatan kepada NSSS untuk fokus pada pengembangan pabrik (anggaran sebesar IDR 280 miliar), membuka potensi pendapatan. Secara keseluruhan, dengan tanaman yang relatif muda dan rekor penanaman yang cepat, didukung oleh sistem pengiriman yang efisien dan adanya pabrik CPO baru yang akan segera beroperasi, NSSS mungkin menjadi pilihan yang cukup berpotensi sebagai proxy pertumbuhan di industri perkebunan Indonesia.
Perkembangan 1Q23: Normalisasi Harga CPO. NSSS melihat harga CPO yang kembali normal pada 1Q23 – setelah terjadinya perang Rusia-Ukraina tahun sebelumnya – sebesar IDR 11.366/kg (+0,6% qoq, -23,9% yoy). Akibatnya, pendapatan menurun menjadi IDR 243 miliar (-9,8% qoq), dengan volume penjualan CPO mencapai 18.502 ton (-9,8% qoq, +15,6% yoy). Produksi CPO total pada 1Q23 turun sebesar 14,8% qoq dan 0,2% yoy menjadi 18.073 ton. Pada laporan keuangan, laba tercatat sebesar IDR (61) miliar dibandingkan dengan IDR 94 miliar pada 1Q22.
Diharapkan Terjadi Perbaikan Profitabilitas pada 2023. Ke depan, manajemen memperkirakan adanya perbaikan profitabilitas dengan peningkatan volume penjualan CPO berkat hadirnya pabrik CPO kedua yang akan beroperasi pada kuartal keempat tahun 2023. Kami mencatat beberapa risiko utama, yaitu: 1) fenomena El-Nino yang mempengaruhi hasil panen TBS, 2) profil geografis dan konsumen yang terkonsentrasi. Mengenai risiko pertama, dampak produktivitas pada pohon biasanya tertunda selama 12-18 bulan. Selain itu, kami juga percaya bahwa perkebunan perusahaan ini lebih tangguh karena usianya yang lebih muda. Kami juga mencatat bahwa pembangunan pabrik baru telah mencapai 95% penyelesaian dalam hal pekerjaan sipil dan 18% dalam hal mesin.