BeritaInvestor.id – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) telah melaporkan pencapaian yang mengesankan pada kuartal III tahun ini. Laba bersih perusahaan mencapai US$ 133,4 juta atau setara dengan Rp 2,06 triliun pada kurs Rp 15.487 per 30 September 2023. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 19,7% secara tahunan (year-on-year) dari US$ 111,4 juta.
Capaian laba tersebut sebagian besar berasal dari pendapatan usaha yang naik signifikan, meningkat dari US$ 287,4 juta menjadi US$ 308,9 juta atau setara dengan Rp 4,7 triliun.
Nelwin Aldriansyah, Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk., menyatakan bahwa prestasi ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam pengelolaan keuangan yang baik.
“Selain itu, PGE telah berhasil meningkatkan kinerja operasional dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Nelwin dalam pernyataan tertulis yang dirilis pada Senin (30/10).
Pada kuartal III tahun 2023 ini, PGE juga berhasil membukukan pendapatan dari kredit karbon sebesar US$ 732 ribu atau setara dengan Rp 11,3 miliar. Ini merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia.
Nelwin menyatakan bahwa pencapaian ini telah memperkuat posisi keuangan PGE untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Ini tercermin dalam rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) yang kuat, mencapai 36,8%.
“Rasio utang terhadap ekuitas yang baik ini memberikan sinyal positif bagi kami untuk menjelajahi peluang ekspansi usaha melalui pendanaan pihak ketiga,” tambahnya.
Dari segi ekuitas, perusahaan menunjukkan tren peningkatan, meningkat dari US$ 1,25 juta menjadi US$ 1,93 juta atau setara dengan Rp 29,8 miliar jika dibandingkan dengan kondisi pada 31 Desember 2022. Ini menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam keadaan keuangan yang solid dan memiliki kemampuan untuk membayar hutang serta menghasilkan laba.
“Sementara itu, liabilitas perusahaan turun dari US$1,22 juta menjadi US$ 960 ribu atau Rp 14,8 miliar,” lanjutnya.
Dalam kuartal III tahun 2023, pendapatan terbesar PGE berasal dari Area Kamojang, mencapai US$ 109,6 juta atau setara dengan Rp 1,6 triliun, diikuti oleh Area Ulubelu dengan pendapatan sebesar US$ 86,1 juta atau setara dengan Rp 1,3 triliun.
Perusahaan juga aktif menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak, termasuk PT Jasa Daya Chevron (Chevron) dalam pengembangan Way Ratai, Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan potensi panas bumi pada konsesi Longonot di Kenya, serta Geothermal Development Company (GDC).
“Prestasi yang sangat baik ini akan menjadi dorongan bagi kami untuk terus tumbuh dan berkembang dalam menyediakan energi hijau bagi masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, PGEO mencatatkan kinerja positif di Bursa Efek Indonesia setelah melakukan penawaran saham perdana pada 24 Februari 2023 dengan harga Rp 875 per saham. Hingga penutupan perdagangan pekan lalu, saham PGEO telah mengalami kenaikan sebesar 54,86% dan mencapai level Rp 1.355, dibandingkan dengan harga IPO.
Sebagai informasi, harga saham PGEO mencapai tertinggi sejak IPO pada Rp 1.605 pada tanggal 25 September 2023.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor