BeritaInvestor.id – Harga batu bara terus mengalami kenaikan yang signifikan. Lonjakan permintaan listrik di China akibat gelombang panas telah mendukung tren positif harga batu bara. Pada perdagangan hari ini, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus ditutup pada posisi US$ 138,40 per ton, menguat tipis sebesar 0,25%. Posisi penutupan ini merupakan yang tertinggi dalam tujuh hari perdagangan terakhir.
Harga batu bara telah melonjak 8,85% dalam empat hari terakhir sejak Kamis pekan lalu, berbeda dengan pekan-pekan sebelumnya di mana harga batu bara mengalami penurunan karena permintaan yang melemah.
Gelombang panas di China telah menyebabkan permintaan listrik melonjak tajam, mengakibatkan konsumsi batu bara mencapai rekor di lebih dari 1.000 pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut. China juga telah menyetujui peningkatan kapasitas listrik tenaga batu bara baru, mencapai rekor 86 gigawatt tahun lalu.
Dalam kondisi cuaca “neraka” yang mencapai suhu rekor 52,2 derajat Celcius di barat laut China, pemerintah meminta penambang batu bara untuk menjaga produksi guna mengantisipasi permintaan listrik yang tinggi.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Produksi batu bara China pada semester pertama tahun 2023 naik 4,4% menjadi 2,3 miliar ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tingginya produksi dalam negeri ini akan mempengaruhi permintaan impor batu bara ke depan, termasuk dari Indonesia.
Di sisi lain, India sebagai negara importir batu bara terbesar kedua setelah China juga mengalami peningkatan produksi dalam negeri. Fakta ini berdampak pada potensi pelemahan permintaan dari India.
Selain itu, gelombang panas juga mempengaruhi Eropa. Prancis, Italia, Spanyol, dan Yunani menghadapi suhu ekstrem di atas 40 derajat Celcius. Sardinia dan Sisilia, Italia, bahkan mencatat suhu mencapai 46 derajat Celcius.
Kenaikan permintaan pendingin akibat gelombang panas juga menyebabkan permukaan sungai di Eropa, termasuk Rhine, mengering. Hal ini berdampak pada pengiriman barang seperti batu bara, yang mengakibatkan penurunan pasokan dan harga yang lebih tinggi.
Proyeksi meningkatnya permintaan listrik pada tahun 2024 mendukung kenaikan harga batu bara. International Energy Agency (IEA) memperkirakan rebound permintaan listrik pada tahun tersebut, sehingga ada kebutuhan untuk mencari sumber energi alternatif untuk mendukung kebutuhan yang tinggi.
Dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi energi global di atas 2% pada tahun 2024, harga batu bara diperkirakan akan tetap menguat. Meskipun saat ini mengalami peningkatan, perlu perhatian pada berbagai faktor yang berpotensi mempengaruhi pergerakan harga batu bara di pasar internasional.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor