Pada perdagangan Kamis (8/6/2023), harga minyak kelapa sawit (CPO) di Bursa Malaysia Exchange menguat di sesi awal perdagangan. Harga CPO naik 0,75% menjadi MYR 3.345 per ton pada pukul 08:40 WIB. Namun, pelaku pasar sedang menghadapi beban perkiraan persediaan dan produksi pada bulan Mei.
Pada perdagangan Rabu (7/6/2023), harga CPO ditutup dengan kenaikan 0,12% ke posisi MYR 3.320 per ton. Dalam tiga hari perdagangan, harga CPO mengalami penurunan sebesar 1,8%, sementara secara bulanan menguat 3,72%, tetapi masih mengalami koreksi tahunan sebesar 20,46%.
[tv-chart symbol=”CPO1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Ekonomi China yang mengalami perlambatan menjadi perhatian para pelaku pasar, karena China merupakan salah satu konsumen CPO terbesar di dunia. Penurunan ekonomi China berpotensi meningkatkan permintaan terhadap minyak nabati dan dapat mengancam harga CPO.
Selain itu, harga CPO juga terbebani oleh perkiraan peningkatan persediaan dan produksi pada bulan Mei. Refinitiv Agriculture Research menyatakan bahwa produksi dan pemulihan stok memberikan tekanan pada pasar kelapa sawit. Produksi diperkirakan akan meningkat hingga kuartal ketiga, namun kekurangan tenaga kerja dapat menjadi faktor penghambat.
Persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Mei diperkirakan naik 6,8% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,6 juta ton karena produksi melonjak ke level tertinggi tahun ini.
Survei Reuters menunjukkan bahwa Indonesia, produsen utama CPO, diperkirakan akan mengalami kondisi El Nino yang lemah mulai bulan Juni dan seterusnya. Hal ini dapat mengancam panen dan meningkatkan risiko kebakaran hutan. Meskipun curah hujan di Asia Tenggara saat ini masih kondusif untuk panen, kekhawatiran tentang kehadiran El Nino yang akan datang, yang membawa kondisi kering berkepanjangan di Indonesia dan Malaysia, tetap ada.
Harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya karena bersaing di pasar minyak nabati global. Jika harga minyak nabati saingannya naik, maka harga CPO juga dapat mengikuti pergerakan tersebut.
Berdasarkan analisis teknikal oleh Wang Tao yang dikutip dari Reuters, pada perdagangan hari itu, harga CPO dapat mengalami penurunan ke kisaran MYR 3.287-3.251 per ton.