BeritaInvestor.id – Amerika Serikat (AS) dan Inggris dilaporkan segera melancarkan serangan terhadap milisi Houthi di Yaman. Hal ini menyusul serangan Houthi ke kapal-kapal yang berlayar di Laut Merah.
Juru bicara keamanan nasional AS, John Kirby, mengatakan AS akan melakukan apa yang harus dilakukan untuk melawan dan mengalahkan ancaman yang terus dilancarkan Houthi terhadap pelayaran komersial di Laut Merah.
Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak juga mengadakan rapat kabinet untuk menilai situasi di Laut Merah dengan kemungkinan serangan militer terhadap Houthi.
Ketegangan antara Houthi dan Barat telah membuat perusahaan pelayaran dunia ketar-ketir. Mayoritas raksasa pelayaran dunia telah mengalihkan rute pelayaran Asia-Eropa dari Laut Merah dengan memutar ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan.
Hal ini pun berdampak pada kenaikan tarif pengiriman dan harga minyak.
Houthi Tegaskan Akan Balas Jika Serangan AS-Inggris Terjadi
Pemimpin Houthi Abdul Malik Al Houthi menegaskan pihaknya akan melawan jika benar-benar diserang.
“Setiap serangan Amerika tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan. Responsnya akan lebih besar dibandingkan serangan yang dilakukan dengan 20 drone dan sejumlah rudal,” kata Al Houthi.
Ketegangan Laut Merah Picu Kenaikan Tarif Pengiriman dan Harga Minyak
Ketegangan antara Houthi dan Barat telah membuat perusahaan pelayaran dunia ketar-ketir. Mayoritas raksasa pelayaran dunia telah mengalihkan rute pelayaran Asia-Eropa dari Laut Merah dengan memutar ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan.
Ini pun akhirnya berdampak pada kenaikan tarif pengiriman. Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat pada minggu ini menjadi di atas US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.
Di sisi lain, harga minyak juga berpotensi melonjak akibat ketegangan ini. Kepala penelitian minyak Goldman Sachs, Daan Struyven, mengatakan harga minyak dunia dapat melonjak 20% hingga 100% jika konflik ini meluas ke Selat Hormuz.
Laut Merah dan Selat Hormuz Jadi Wilayah Rawan Konflik
Laut Merah dan Selat Hormuz merupakan jalur pelayaran internasional yang penting. Laut Merah menghubungkan Samudera Hindia dan Laut Tengah, sementara Selat Hormuz menghubungkan Teluk Persia dan Samudera Hindia.
Kedua jalur pelayaran ini merupakan jalur utama untuk pengiriman minyak dan barang-barang lain dari Asia ke Eropa dan Amerika.
Konflik di kedua wilayah ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perdagangan global dan harga minyak.
Konflik Laut Merah Bisa Berdampak pada Ekonomi Global
Ketegangan di Laut Merah dan Selat Hormuz berpotensi berdampak pada ekonomi global. Kenaikan tarif pengiriman dan harga minyak dapat menyebabkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, konflik ini juga dapat mengganggu rantai pasokan global, yang dapat menyebabkan kelangkaan barang dan jasa.
Berikut adalah beberapa dampak potensial dari konflik di Laut Merah dan Selat Hormuz terhadap ekonomi global:
- Kenaikan inflasi
Kenaikan tarif pengiriman dan harga minyak dapat menyebabkan inflasi. Hal ini karena perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk transportasi dan energi, yang kemudian akan dibebankan kepada konsumen.
- Perlambatan pertumbuhan ekonomi
Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena konsumen akan mengurangi pengeluarannya untuk barang dan jasa yang tidak penting.
- Gangguan rantai pasokan
Konflik di Laut Merah dan Selat Hormuz dapat mengganggu rantai pasokan global. Hal ini karena jalur pelayaran ini merupakan jalur utama untuk pengiriman barang-barang dari Asia ke Eropa dan Amerika.
Gangguan rantai pasokan dapat menyebabkan kelangkaan barang dan jasa, yang dapat menyebabkan kenaikan harga dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Disclamer : keputusan pembelian / penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor