BeritaInvestor.id – Lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings mengejutkan dengan menurunkan peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat (AS) dari AAA menjadi AA+ pada semester pertama tahun 2023. Kekhawatiran atas kondisi keuangan negara dan beban utang menjadi alasan di balik penurunan ini. Fitch mencatat “kemerosotan yang stabil” dalam pemerintahan selama 20 tahun terakhir, khususnya dalam hal fiskal dan utang AS.
Penurunan peringkat utang ini dipicu oleh kebuntuan pembahasan politik mengenai batas utang yang sering terjadi, serta ketidakpastian resolusi yang terjadi di menit-menit terakhir, yang akhirnya mengikis kepercayaan pasar terhadap manajemen fiskal AS.
Fitch juga mencatat peningkatan defisit pemerintah yang mencapai 6,3% dari PDB pada tahun 2023, naik dari 3,7% pada tahun sebelumnya. Kondisi ini, ditambah dengan pengetatan kondisi kredit, melemahnya investasi bisnis, dan perlambatan konsumsi, berpotensi menyebabkan resesi ringan. Lembaga ini memperkirakan AS akan dihadapkan pada suku bunga yang lebih tinggi dan meningkatnya beban utang yang dapat memberatkan layanan publik.
Dampak dari penurunan peringkat kredit AS ini juga berdampak pada tingkat suku bunga. Federal Reserve (the Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan lagi, menjadi 5,5% hingga 5,75% pada bulan September. Ketahanan ekonomi dan pasar tenaga kerja AS menjadi tantangan bagi the Fed untuk mencapai target inflasi 2%.
Kondisi ini juga berpotensi berdampak pada Indonesia. Penurunan peringkat AS mencerminkan lemahnya kinerja fiskal AS yang berpotensi mempengaruhi perekonomian dalam negeri Indonesia.
Dampak lain yang dapat dirasakan adalah pada perdagangan dan investasi. Ekspor Indonesia ke AS telah mengalami penurunan signifikan. Perlambatan ekspor dapat membatasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 dan 2024. Namun, dorongan positif akan datang dari perekonomian domestik ketika pemerintah mendorong percepatan belanja.
Dampak downgrade peringkat kredit AS ini juga akan berdampak pada pasar keuangan Indonesia, dimana dampak ini akan masuk melalui volatilitas arus modal asing. Peningkatan suku bunga AS juga mempengaruhi indeks saham dan imbal hasil obligasi di pasar keuangan Indonesia.
Meskipun demikian, Indonesia masih menarik bagi aliran modal masuk karena indikator domestik yang stabil, khususnya tingkat inflasi. Kalaupun terjadi arus keluar modal asing, diperkirakan tidak akan sebesar tahun sebelumnya.
Dampak dari penurunan peringkat kredit AS ini perlu dipantau dengan cermat karena berpotensi mempengaruhi stabilitas pasar keuangan global dan domestik.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor