BeritaInvestor.id – Harga batu bara mengalami penurunan tajam selama sepekan setelah mengalami kenaikan dalam 4 hari beruntun sebelumnya. Menurut data Refinitiv, harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$141,80/ton pada Jumat (7/7), mengalami penurunan sebesar 5,28% selama sepekan.
Penurunan harga batu bara terjadi sejak Selasa (5/7) dan dalam sebulan terakhir harga batu bara hanya mengalami penurunan sebesar 0,04%, sementara sejak awal tahun (YtD) terjun bebas hingga minus 63,60%.
Penurunan harga batu bara ini dipicu oleh melemahnya harga komoditas energi lainnya, menurunnya permintaan, serta tingginya suku bunga di Amerika Serikat (AS).
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) turun 6% menjadi 32,35 euro per mega-watt hour (MWh), sedangkan harga gas alam Amerika dan harga minyak mentah brent juga mengalami pelemahan.
[tv-chart symbol=”NCF1!” width=”420″ height=”240″ language=”en” interval=”D” timezone=”Asia/Bangkok” theme=”White” style=”2″ toolbar_bg=”#f1f3f6″ enable_publishing=”” hide_top_toolbar=”” withdateranges=”” hide_side_toolbar=”” allow_symbol_change=”” save_image=”” details=”” hotlist=”” calendar=”” stocktwits=”” headlines=”” hideideas=”” hideideasbutton=”” referral_id=””]
Penurunan harga gas alam terjadi karena kekhawatiran terhadap pasokan telah mereda, di mana aliran gas dari Norwegia yang sebelumnya terhambat kini dapat mengalir normal kembali. Selain itu, permintaan gas dari industri juga mengalami penurunan sementara persediaan gas di storage masih tinggi, yaitu sekitar 78,9%, jauh di atas rata-rata lima tahun terakhir.
Batu bara merupakan sumber energi alternatif yang bersaing dengan gas dan minyak, sehingga perubahan harga di salah satu komoditas ini dapat mempengaruhi harga batu bara.
Selain itu, penurunan harga batu bara juga dipengaruhi oleh lesunya permintaan, terutama dari China. China merupakan konsumen terbesar komoditas di dunia, termasuk batu bara.
Data S&P GSCI Commodities index menunjukkan bahwa harga komoditas secara keseluruhan telah turun 25% dalam dua bulan terakhir, sedangkan harga komoditas energi seperti minyak dan gas mengalami penurunan 23%. Data Refinitiv bahkan menunjukkan bahwa harga batu bara telah turun lebih dari 65%.
Lemahnya aktivitas manufaktur dan ekonomi China menjadi penyebab utama penurunan harga komoditas. Aktivitas manufaktur China mengalami penurunan menjadi 50,5 pada bulan Juni 2023 dari 50,9 pada bulan Mei tahun ini.
Selain itu, melemahnya ekonomi Eropa dan Amerika Serikat juga ikut menurunkan permintaan akan besi dan baja.
Dampak pelemahan harga komoditas ini akan terasa luas di negara-negara lain. India, sebagai konsumen batu bara terbesar, juga diproyeksikan akan mengurangi impor karena musim hujan yang akan datang dan peningkatan produksi batu bara di dalam negeri.
Meski demikian, analis komoditas senior dari Kpler, Reid I’Anson, menyatakan bahwa kegagalan China untuk memenuhi ekspektasi pasar menjadi alasan utama sulitnya harga komoditas untuk naik.
Disclamer : keputusan pembelian /penjualan Saham sepenuhnya ada di tangan investor